Tikar merupakan hasil kerajinan tangan manusia. Kerajinan tangan dari daun pandan ini pada umumnya di kerjakan  oleh wanita di Kabupaten Natuna. Kerajinan ini merupakan kerajian turun temurun dari nenek moyang terdahulu.  Tradisi menenun tikar telah dipertahakan selama berabad-abad yang dipertahankan oleh masyarakat Kabupaten Natuna. Kerajinan tradisional ini masih banyak kita jumpai di era modern. Saat ini, pada umunya masyakarat lebih  memilih tikar yang di produksi oleh pabrik dibandingkan dengan kerajinan tikar tradisional dengan alasan bahwa tikar yang di produksi oleh pabrik lebih tahan dibandingkan dengan tikar tradisional. Pada awalnya, masyarakat menggunakan tikar untuk kebutuhan sehari-hari seperti dijadikan alas tempat tidur, tempat duduk, untuk menjadi alas pemandian mayat, dan lain-lain.
Pembuatan anyaman tikar ini membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk tikar dengan motif sederhana. Sedangkan untuk motif yang agak rumit membutuhkan waktu pengerjaan paling cepat 7 hingga 12 hari. Pembuatan kerajinan tikar ini membutuhkan alat-alat tradisional dengan bahan baku yang mudah kita jumpai di daerah Kabupaten Natuna. Untuk alat yang butuhkan adalah pisau(parang), penjepit dari bambu, nilon(benang pancing), gunting dan cutter. Bahan yang di butuhkan seperti daun seperti daun pandan, dan pemawarna alami. Harga yang dipasarkan oleh pengrajin tikar tikar tradisional bermacam-macam, tergantung kesulitan motif yang dibuat yang dibandrol dengan harga mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Virus corona yang mengwabah lebih dari 200 negara kini telah mengubah keadaan baik menjadi tidak baik. Dalam situasi covid-19 saat ini, bisa kita ketahui bahwa perekonomian di Indonesia sangat menurun. Banyak usaha tradisional mengalami kerugian hingga gulung tikar. Dengan situasi ini, masyakarat memanfaatkan kerajinan tikar tradisional untuk di jadikan salah satu strategi pemulihan ekonomi masyarakat. Dari hasil tikar sendiri bisa mendorong ekonomi masyarakat untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.
By Andika Saputra
Mahasiswa uts jogja Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H