Era revolusi industri 4.0 sering disebut sebagai era disrupsi pendidikan. Salah satu bidang pendidikan yang berdampak di era Industri 4.0 adalah matematika.
Pembelajaran matematika dilakukan secara online menggunakan teknologi digital. Relevansi pendidikan dan pekerjaan perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap memperhatikan aspek humanistik. Karena pasar kerja membutuhkan campuran keterampilan yang berbeda-berbeda dari yang ditawarkan oleh sistem pendidikan tinggi. Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 diperlukan pendidikan untuk membentuk generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing. Kedua hal tersebut dapat dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi sebagai alat bantu pengajaran yang dapat menghasilkan hasil yang lebih baik sesuai dengan perkembangan zaman atau perubahan zaman. Indonesia juga perlu meningkatkan kualitas lulusannya berdasarkan dunia kerja dan tuntutan teknologi digital. Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan yang diajukan dalam artikel ini adalah "Bagaimana upaya peningkatan pembelajaran matematika menghadapi era Industri 4.0?".
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga pada perguruan tinggi. Pentingnya pembelajaran matematika, dimulai sejak siswa SD. Oleh karena itu, perlu dicarikan solusi yaitu dengan cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD agar siswa SD pada umumnya dapat memahami matematika dengan baik. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis, pembelajaran harus fokus pada pemahaman konsep dengan menggunakan pendekatan ganda daripada keterampilan prosedural. Juga untuk memperoleh pemahaman konseptual, identifikasi masalah dapat membantu menciptakan suasana reflektif bagi siswa.Â
Siswa dapat menghubungkan ide-ide matematika, sehingga pemahaman matematika mereka akan lebih dalam dan lebih bertahan lama, karena mereka dapat melihat hubungan antar topik dalam matematika, konteks matematika, konteks selain matematika dan pengalaman kehidupan sehari-hari. Pembelajaran harus menjadikan kegiatan belajar siswa sebagai pusatnya, bukan kegiatan mengajar oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran matematika pada dasarnya adalah suatu proses pembelajaran berpusat pada siswa.
Dunia yang terus memberikan perubahan telah memasuki era Revolusi Industri 4.0 atau revolusi industri global keempat, dimana teknologi informasi telah menjadi tumpuan kehidupan manusia. Fase revolusi industri 4.0, adalah fase yang  telah melahirkan informasi publik. Namun, pembentukan era keempat ini harus diikuti dengan pembentukan ekosistem yang sehat yang dapat tumbuh subur di bidang ekonomi.
Sebenarnya masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, namun belum dimanfaatkan dengan baik dalam hal produktivitas untuk mengembangkan perekonomian Indonesia.
Sayangnya, di bawah pengaruh revolusi ilmiah, revolusi industri 4.0 telah menciptakan masalah baru. Masalah ini dapat kita lihat dalam lingkup kemanusiaan, Dalam kondisi kemanusiaan, masalahnya adalah mekanisasi kerja. Alat baru dari produk diproduksi menggunakan teknologi modern dengan proses mekanis, otomatis, dan standarisasi. Semua ini mengarah pada fakta bahwa manusia menjadi elemen mati dari proses produksi. Ketika seseorang menjadi logika produksi teknologi modern, ia hanya menjadi elemen mekanisasi dan menjadi elemen otomatisasi teknologi. Ia hanya menjadi faktor mesin, tidak lain adalah bagian dari mesin itu. Oleh karena itu, di zaman modern ini, manusia dirantai oleh proses teknologi. Pendeknya, teknologi cenderung memperbudak manusia karena manusia hanyalah otomat dari proses produksi dan memperbudak masyarakat untuk mengkonsumsi kebutuhan buatan yang dihasilkan oleh mesin-mesin tersebut.
Solusi pembelajaran di era Industri 4.0 adalah blended learning, dengan menggunakan ICT untuk meningkatkan produktivitas (efektivitas dan efisiensi) dengan tetap menjaga kualitas, harmonisasi regulasi/pengembangan yang ada. Di era revolusi industri 4.0, pembelajaran matematika tidak lagi menggunakan metode pembelajaran tradisional, tetapi harus mampu meningkatkan kemampuan berpikir tinggi atau berpikir kritis. Sudah waktunya kita berhenti belajar hafalan atau hanya menemukan salah satu jawaban yang benar. Kita perlu menciptakan metode pembelajaran yang lebih menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif, kritis dan inovatif.
Matematika yang dipelajari di kelas hanya belajar matematika di permukaan, ketika ingin tahu lebih banyak tentang matematika, maka kita harus belajar matematika dalam kehidupan nyata dalam konteks sosial dan ekonomi.
Revolusi industri 4.0 meliputi adanya persiapan untuk sistem pembelajaran yang lebih inovatif pada perguruan tinggi, atau menyesuaikan dengan kurikulum yang ada terkait perkembangan teknologi yang begitu pesat.
Pada Era Revolusi industri 4.0 alat peraga bisa mendominasi pembelajaran matematika karena dengan alat peraga sebagai alat yang dapat membuat siswa dapat berpikir kreatif, kritis dan inovatif.