Bismillahirrahmanirrahim, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, sholawat kepada Nabi Muhammad SAW semoga tersampaikan kepadanya.Â
"Lo Punya duit, Lo punya kuasa"Adalah Kalimat yang menghiasi jagat maya akhir-akhir ini dan diparodikan oleh banyak orang sebagai bentuk satire. Dalam video viral itu mereka berbicara tentang materi dan kekuasaan akan tetapi menjadi lucu justru karna diutarakan dengan gaya narasi yang cenderung tidak dibalut menggunakan kekuatan literasi melainkan perasaan yang menggebu-gebu tanpa landasan, hingga wajar dua pemuda malang ini diserang netizen budiman dan jadi bulan-bulanan.
Tapi, saya tidak ingin berpanjang lebar menggibahi dua pria tersebut,sebab saya bukan tukang ghibah, ga hobi juga. Saya lebih tertarik membicarakan kalimat yang ia populerkan karna jujur apa yang beliau ucapkan adalah realitas yang sama-sama kita hadapi dan hidup di dalam sebuah lingkaran mengerikan.
Eksosistem di Alam Kapitalisme
Kapitalisme merupakan ideologi yang mengasaskan kebermanfaatan terhadap segala sesuatu, suatu objek itu dinilai memiliki manfaat atau tidak itulah yang menjadi standar dalam kaca mata kapitalisme. Ideologi menyeramkan ini menjadi manifestasi dari sebuah praktek kejam yg tak berperikemanusiaan dan hanya mementingkan "money oriented". Oleh karnanya kapitalis akrab disebut sebagai lintah darat yang menghisap keringat buruh karna gaji yang tidak sepadan dengan pekerjaannya.
 " Lo punya duit, Lo punya kuasa! Ya, kepemilikan modal dan alat produksi serta naluri keserakahan itulah yang jadi  alasan berkuasanya kapitalis terhadap para pekerja, sementara para buruh  tidak punya jalan lain untuk keluar dari jeratan tersebut karna alasan bertahan hidup.Di alam kapitalisme semua diukur berdasarkan seberapa banyak materi dan aset yg dimiliki untuk kemudian di diabsahkan sebagai org yang dianggap kuat dan bisa mengendalikan pasar.
Sudah mafhum diketahui bahwa ciri khas dari kapitalisme adalah mekanisme pasar bebas yang menitikberatkan pengendalian pasar kepada para kapitalis atau kaum pemodal yang memiliki uang dan alat-alat produksi sehingga diproyeksikan mereka lah segelintir kaum yg punya power dan kekuasaan seperti yang dikatakan abang-abang gondrong tersebut. Dalam konteks ini pula negara tidak boleh berkecimpung mengatur jalannya mekanisme pasar. Negara hanya diperbolehkan memantau kegiatan ekonomi antara sang kapitalis dan konsumennya.
Di awal kelahirannya kapitalisme hanya terkonsentrasi pada sektor produksi barang pemenuhan kebutuhan hidup atau primer namun belakangan melebar ke seluruh aspek dan industri. Kapitalisme bahkan menyusup masuk ke sektor-sektor pelayanan publik seperti kesehatan, keamanan dan pendidikan. Ambil contoh dalam dimensi pendidikan, Ideologi rakus ini mengarahkan lembaga-lembaga pendidikan untuk memproduksi manusia-manusia siap kerja guna bisa bersaing di pasar tenaga kerja, alhasil tercetaklah peserta didik bermental materialis yang punya animo mengejar selembar ijazah untuk diasong-asongkan ke korporasi-korporasi.
 Saya tidak katakan sepenuhnya salah hanya saja esensi dan tujuan daripada pendidikan telah bergeser jauh dari semestinya yg pada dasarnya adalah melahirkan kader-kader intelektual yang cerdas, berkarakter dan berakhlak mulia justru dari rahim pendidikan saat ini malah menelurkan manusia-manusia robot yg memandang pendidikan adalah batu loncatan untuk bekerja dan meningkatkan kesejahteraaan hidup semata. Kemudian ongkos pendidikan yang demikian mahal pun turut berperan mengakibatkan banyak anak yang tidak memperoleh haknya untuk menikmati fasilitas pendidikan.Â
Biaya yg berbeda-beda bergantung kepada kualitas turut memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Pendidikan yg berkualitas hanya didapatkan oleh orang-orang tajir saja. sementara itu orang miskin kesannya dilarang untuk sekolah.
Kapitalisme telah menyihir fikiran dan mindset manusia era ini yang semuanya berbasis kepada cara pandang kapitalistik-materialistik. Kegilaan itu tidak sampai disitu saja, di sektor pengelolaan sumber daya alam Kapitalisme membuka peluang bisnis kepada swasta untuk mengeksploitasi hasil bumi untuk kemudian diperjual belikan. Bayangkan, data menyebutkan bahwa sebanyak 80% SDA Migas dikelola oleh segelintir orang dan yang paling mengagetkan 74%nya adalah korporasi asing. Fakta ini seharusnya membuat kita terperangah, bagaimana mungkin aset kekayaan bumi kita dimonopoli perorangan yang asalnya entah darimana.