Mohon tunggu...
Andika Cahyadi
Andika Cahyadi Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan dan Pegiat Pramuka

Menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mewarisi Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Nasional

21 Oktober 2024   15:43 Diperbarui: 21 Oktober 2024   16:21 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak sebelum kemerdekaan, para perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan adalah faktor penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa penjajahan Belanda, kebijakan pendidikan yang diskriminatif menghalangi pertumbuhan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia pada saat itu terbelenggu oleh intelektualisme, individualisme, materialisme, dan kolonialisme.

Pada tahun 1922, lahirlah Taman Siswa di Yogyakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Ki Hajar Dewantara (KHD) bertekad untuk menyebarkan semangat pendidikan kepada generasi muda, mengedepankan pendidikan yang berdasar pada kebudayaan nasional untuk menghindarkan bangsa dari kebodohan. KHD meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab. Pendidikan harus menjadi ruang untuk melatih dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diwariskan.

Pemikiran KHD mengenai pendidikan adalah upaya konkret untuk memerdekakan manusia secara utuh. Menurut KHD, pendidikan bertujuan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Guru berfungsi sebagai penuntun yang membantu anak-anak mengembangkan kekuatan kodrat mereka, memperbaiki sikap dan tindakan, serta menyesuaikan diri dengan kodrat alam dan zaman.

Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan karakter individu, yang berarti setiap anak membawa karakteristik uniknya sendiri. Sebagai guru, tugasnya bukan untuk menghapus sifat dasar tersebut, tetapi untuk menunjukkan dan membimbing agar sifat-sifat baiknya muncul, sehingga menutupi sifat-sifat jeleknya. Sementara itu, kodrat zaman mengharuskan guru membekali siswa dengan keterampilan yang relevan agar mereka bisa hidup dan berkontribusi di masyarakat.

KHD membedakan antara pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti serta tujuan pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari pendidikan yang fokus pada pemberian ilmu dan keterampilan untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sebaliknya, pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap kekuatan kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang tinggi, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.

KHD mengusulkan metode pendidikan dan pengajaran yang sesuai untuk bangsa Indonesia, yaitu Sistem Among. Metode ini berdasarkan pada prinsip asih, asah, dan asuh, dengan tujuan membangun anak didik menjadi manusia beriman, bertaqwa, merdeka lahir dan batin, berbudi pekerti luhur, cerdas, berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohani. Sistem Among menekankan proses pembelajaran yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberi teladan): Guru harus memahami secara utuh tentang apa yang dapat ia bantu kepada murid, menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku.
  • Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun kehendak): Seorang guru diharapkan mampu membangun semangat, motivasi, dan gairah hidup siswa untuk menuju masa depan yang lebih baik.
  • Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan): Guru tidak hanya memberikan motivasi, tetapi juga saran dan rekomendasi agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa, dan karyanya.

Ki Hajar Dewantara menjelaskan hubungan antara guru dan siswa sebagai hubungan petani dan tanamannya. Anak-anak diibaratkan seperti biji yang ditanam dan dirawat oleh petani. Seperti halnya siswa yang dituntun dengan baik oleh guru, mereka akan mengembangkan bakatnya secara optimal. Guru harus melayani berbagai kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda (berorientasi pada anak), memberikan kebebasan untuk mengembangkan ide, berpikir kreatif, dan mengeksplorasi bakat mereka. Namun, kebebasan ini perlu arahan agar anak tidak kehilangan arah.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pemikiran beliau tentang pendidikan sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini dan dapat menjadi landasan dalam menentukan kebijakan pendidikan nasional. Dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara terkandung makna filosofis dan kultural yang sesuai bagi masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun