Mohon tunggu...
ANDIKA PRASETIO
ANDIKA PRASETIO Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Maen bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Perkembangan Sosial-Emosional Menurut Erik Erikson

6 November 2024   16:14 Diperbarui: 6 November 2024   16:17 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Latar Belakang Masalah Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi konstribusi dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H.Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah "psikososial dalam kaitannya dalam perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir samapai mati dibentuk oleh pengaruh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologis. Tak terkecuali pada perkembangan anak usia dini. Masa anak- anak merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia yang pasti dilalui oleh semua manusia di dunia ini. Pada msa inilah terjadi banyak sekali proses penanaman nilai kehidupan yang pertama kali. Pada masa ini pulalah, selalu bertumpu harapan dari para orangtua yang selalu menginginkan anak-anaknya nanti dapat menjadi seseorang yang berguna dan dapat sukses dimasa mendatang. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Ditangan anak-anak itulah masa depan bangsa ini berada, sehingga banyak pula orangtua mengatakan, bahwa anak-anak adalah warisan yang paling berharga yang harus dijaga baik-baik. Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa, mereka memerlukan pembinaan dan pengembangan yang baik dan benar.

*Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sepanjang hidup melalui delapan tahapan psikososial. Setiap tahapan melibatkan konflik atau krisis yang harus diselesaikan untuk mencapai perkembangan yang sehat. Berikut adalah tahapan- tahapan tersebut

*Pada tahap ini, bayi mengembangkan rasa kepercayaan atau ketidakpercayaan terhadap lingkungannya, terutama melalui interaksi dengan pengasuh utama, biasanya ibu. Jika kebutuhan dasar bayi, seperti makan, kehangatan, dan kenyamanan, dipenuhi dengan konsisten dan penuh kasih sayang, maka bayi akan mengembangkan rasa percaya bahwa dunia adalah tempat yang aman dan dapat diandalkan. Sebaliknya, jika kebutuhan bayi tidak terpenuhi atau pengasuh tidak responsif, maka bayi dapat mengembangkan rasa tidak percaya dan kecemasan. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan sosial-emosional di masa depan, seperti kesulitan dalam membentuk hubungan yang dekat dan aman dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun