Sektor UKM mengalami dampak cukup dalam akibat pandemi Covid-19. Hal itu terjadi hampir merata seluruh daerah di Indonesia. Tidak terkecuali di provinsi Jawa Timur. Berdasarkan kajian data dan dokumentasi, Pemprov Jawa Timur mencatat ada 20.036 tenaga kerja yang dirumahkan, dan 3.315 tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dampak wabah Covid-19. Salah satu dampak yang sangat urgen, terasa di wilayah di Kecamatan Bangil, Kab. Pasuruan. Kecamatan ini memiliki puluhan pelaku bisnis dan perdagangan khususnya produksi makanan yang menjadi produk unggulan wilayah.
telur asin. Hal itu dikarenakan telur asin merupakan menu sajian dan santapan utama saat digelar acara-acara masyarakat seperti pernikahan, syukuran, khitanan, dan kegiatan masyarakat lain. Sehingga, telur asin menjadi salah satu jenis makanan utama yang menjadi 'potensi dan peluang usaha unggulan' di Kecamatan Bangil. Hasil dari observasi awal yang telah dilakukan oleh tim usulan proposal PKM pendanaan tahun 2021 (Oktober, 2020) ditemukan hasil bahwa di Kecamatan Bangil seluruh pelaku usaha mengalami penurunan dan kerugian drastis akibat dari pandemi Covid-19. Selanjutnya, berdasarkan prioritas masalah, dari keempat industri tersebut dipilih 1 industri berdasarkan tingkat ugenitas dan kekritisan masalah yang dihadapi, yaitu pada aspek teknologi pemasaran/distribusi, aspek manajerial, dan aspek peningkatan kapasitas teknologi (proses produksi). Mitra yang tersebut yaitu "UKM NING AMIN FARM" milik Bapak Muhammad Mu'is.
Salah satu prioritas perdagangan pada kecamatan ini yaitu usaha produksi dan pengolahan telur bebek menjadiKetiga masalah tersebut meliputi aspek manajerial pemasaran, aspekk teknologi marketing/distribusi, dan aspek teknologi untuk proses produksi. Secara komplek, mitra menghadapi masalah kritis terkait belum tersedianya teknologi manajerial pemasaran dan sistem teknologi marketing. Mitra mengaku sangat membutuhkan suatu sistem online yang dapat digunakan untuk marketing, promosi, dan transaksi jual beli. Hal itu dikarenakan masalah utama dari penuruan omset 98% dikarenakan sulitnya mitra untuk menjual produknya berupa olahan telur asin secara langsung ke pelanggan sama seperti saat sebelum ada pandemi Covid-19. Mitra mengaku sering kali mengalami kerugian akibat telur yang pecah saat proses pencucian, pengasinan dan perebusan. Proses paling menyita waktu adalah mencuci telur secara manual. Karena untuk mendapatkan telur asin dengan kualitas super, selain dari kualitas telur dan komposisi lumpur pengasinan, diperlukan proses pencucian sebanyak tiga kali yaitu saat dari kandang, setelah diasin dalam lumpur, dan setelah direbus.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan melalui empat tahapan. Tahapn tersebut meliputi: (1) pembuatan komponen teknologi di Laboratorium dan bengkel; (2) pembangunan dan pemasangan teknologi; (3) pelatihan dan pendampingan penggunaan teknologi; dan (4) evaluasi keberlanjutan program desiminasi yang telah dilakukan. Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang (dari pihak mitra dan warga sekitar). Selanjutnya, mitra didampingi untuk mengoperasikan teknologi Mesin conveyor egg cleaning otomatis agar dapat digunakan dengan maksimal. Di akhir kegiatan dilakukan serah terima barang secara resmi disaksikan oleh perwakilan perangkat desa/daerah setempat dan warga sekitar. Kegiatan diawali dengan pendampingan penggunaan teknologi mesin conveyor egg cleaning otomatis untuk mitra serta cara pengoperasiannya dan perawatannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H