Mohon tunggu...
andika
andika Mohon Tunggu... Administrasi - Pria biasa

hanya orang biasa, bukan siapa siapa juga\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sholat Magrib di Kios Tukang Tambal Ban yang Ternyata Kristiani

19 Desember 2016   21:56 Diperbarui: 3 Juli 2017   19:38 4369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Cerita menarik ini ditulis oleh senior saya ditempat kerja yang dulu, “Dedi Darmawan”.

Kata Pak Dedi Darmawan yang telah memberi ijin untuk saya posting di kompasiana, cerita ini kisah nyata.

Berikut ceritanya.

Saya, Edison Siregar demikian disebutkan namanya si tukang tambal ban dipinggir jalan Pondok Cabe dekat Pamulang.

Saya kenal dengan Edison Siregar sudah lama ketika lebih 5 tahun lalu, saya berkunjung ke kediaman sejawat ditempat kerja di Pamulang Selatan dan pulangnya hujan besar.

Sesaat setelah keluar dari perumahan teman di salah satu perumahan di Pamulang Selatan itu, mobil yang saya kendarai terasa agak berat dikendalikan, ternyata ban mobil sebelah kanan depan, mulai kemps.  Karena kendaraan yag saya kemudikan tidak tersedia ban cadangan, saya paksakan mengendarai mobil itu untuk mencari tukang tambal ban. Setelah berjalan agak jauh akhirnya saya bertemu juga dengan ban bekas yang digantung dengan tulisan tambal ban.

Sore itu sedang hujan deras sekali dan tidak ada seorangpun tampak dikios kecil tambal ban dipinggir jalan itu. Tapi mobil yang saya kemudikan tetap saya hentikan didepan kios.

Hujan masih turun derasnya, entah dtang dari mana tiba tiba saja ada seorang pemuda kekar berkulit agak legal, berlari keluar dari kios kecil itu hujan hujanan tanpa payung, hanya dengan selembar pelastik menutupi kepalanya yang berambut agak gondrong. Saya langsung merasa sedikit khawatir, tetapi saya tetap  membuka kaca jendela mobil, ketika si gondrong mendekat dan mengetuk kaca pintu, kemudian menyapa sambil menunjuk ban mobil depan sebelah kanan yang saya kemudikan kempes, “bapak mau tambal ban?”

Saya jawab, iya bang (berusaha akrab dengan memanggil abang, karena yakin betul pasti si gondrong ini orang Medan dari logatnya saat menyapa tadi), “tapi bagaimana dihujan besar begini bang?” saya tanya lagi.

“Bapak tenang saja” jawabnya, saya bisa tambal ban mobil bapak yang kempes itu (dengan logat batak), karena baru bapak ini seharian yang tambal ban disini (masih dengan logat batak yang melemah).

Saya jadi spontan menjadi trenyuh, hampir saya suruh tambal semua ban mobil saya, keempat empatnya walaupun tidak bocor, tapi saya khawatir juga si gondrong tersinggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun