[caption id="attachment_158865" align="alignleft" width="300" caption="Mas Sutrisno, asal Blitar jadi Sopir di Brunei Darussalam, foto rudi esape"][/caption] Waktu sopir yang jemput antar pulang untuk makan  malam tadi malam menunggu berangkat, dia sempat menanyakan apakah masih ada yang ditunggu, dari logat bicara melayunya bisa ketahuan kalau orang ini berasal dari jawa.  Benar saja dugaan saya, dia mengaku berasal dari Blitar dan sudah 3 tahu bekerja di Brunei Darusslam. Sebelum ke Brunei Mas Trisno kerja dimana? saya bertanya lanjut. Saya kerja di daerah Pasar Minggu Jakarta pak, di PJTKI yang akan diberangkatkan ke Jepang. Ada to? Ya ada, jelasnya. Lama lama saya juga kepingin kerja ke luar negeri. Saya naik kereta dari Surabaya ke Jakarta, baru naik pesawat ke Pontianak, kemudian ke Kuching dan sampailah ke Brunei Darussalam ini, katanya. Di Brunei saya jadi sopir travel, sudah 3 tahun ini. Gajinya berapa Mas? Sedikit, cuma 450 dolar Brunei. Kalau satu dolar Brunei 6700 rupiah, kalikan saja, hehe Saya bisa kirim ke kampung paling kecil 200 dolar jelasnya. Makan biaya sendiri, tetapi tempat tinggal disediakan majikan. Saya sudah tiga tahun ini belum pernah pulang, ninggalin keluarga di Blitar, tambahnya. Tahan Mas. ya, tahan lah, hehe. Enggak jadi penyelemat TKW yang kosong kayak di Malaysia.  Mas Sutrisno pura pura tidak mendengar atau tidak mau menjawab atau konsentrasi menyopir enggak jelas, cuma saya tidak mengulangi pertanyaan itu. TSTlah. Mas Sutrisno sempat juga menambahkan kalau dia diberi hak libur sehari dalam seminggu oleh majikannya, tetapi disini di Brunei katanya,  tenaga kerja termasuk orang asing tidak boleh nyambi, tidak boleh mencari kerja lain diluar pekerjaan yang sudah diikat kontrak, jika ketahuan akan berurusan dengan polisi, katanya.  Masih ada tambahan penghasilan sebenarnya jika ada tambahan kerja dari majikan untuk antar tamu tamu yang sampai malam atau lembur, dia menambahkan kemungkinan ada penghasilan tambahan selain gaji yang 450 dolar Brunei tadi. Mas Sutrisno, jauh jauh ke Brunei, sudah tiga tahun tidak pulang kampung. Kalau diitung itung, oke juga ya. Mas Sutrisno bisa kirim ke kampung untuk keluarganya kurang lebih Rp1.300.000, satu juta tiga ratus ribu rupiah, setiap bulannya. Bagaimana dengan anda setuju? Salam dari Brunei Darussalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H