Mohon tunggu...
andika
andika Mohon Tunggu... Administrasi - Pria biasa

hanya orang biasa, bukan siapa siapa juga\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humor

Cerita Lucu Masa Kecil Anak Medan

28 Januari 2019   10:27 Diperbarui: 28 Januari 2019   10:37 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita lucu anak Medan berikut ini. saya baca berulang di WA Grup yang saya  ikuti.
Awalnya ada yang berbagi cerita tanpa menyebut sumbernya

Ternyata cerita itu ramai dibaca dan dikomentari.
Yang berikut ini hanya sebagiannya saja. Sayang jika cerita lucu itu tidak dinikmati juga yang tidak ikutan grup.
Yuk kita simaknya.

Ini cerita tentang masa kecilku di Medan. Kami punya tetangga yang kami panggil Uwak Muka, karena dia tinggal di muka rumah kami. Di halaman rumahnya yang lebar, kami biasa main guli, alip berondok dan patok lele juga kuda tunggang. Kalau main kuda tunggang, ada kawanku yang suka main jerahap. Jadi dia jarang kami ajak main. Dia pun merajuk dan ngga mau cakapan lagi sama kami. Dia eskete-in kami tapi kami los-in aja.

Waktu SD, ada satu kawanku yang kerja bapaknya mocok-mocok dan mamaknya jualan  kede sampah. Biasanya aku suka disuruh beli minyak lampu sama minyak makan ke kede mamaknya itu. Jadi, aku main ke rumahnya sambil bawa jerigen. Biasanya bapaknya suka duduk di teras rumahnya sambil nulis kupon porkas dan merokok kompil.

Kawanku  itu punya satu abang, satu kakak dan satu adik perempuan. Abangnya agak jontik dan getek . Asal ada anak gadis yang lewat suka diperlinya. Tapi ngga ada pulak yang open

Kalau kakaknya yang perempuan  itu terkenal pantat berasap, pantang nengok cowok punya kereta bagus pasti dikepeknya.  

Adiknya yang perempuan paling cantik dan baik. Tapi rambutnya yang panjang jarang ditocang dan lebih sering digerbang. Jadi suka semak nengoknya.

Untunglah kawanku itu anaknya asoy dan selow. Kawannya juga banyak. Agak-agak leboi juga anaknya. Tapi kok aku bisa lupa siapa namanya...

Udah, kekgitu aja ceritanya, kalau ngga ngerti bacanya, berarti bukan anak Medan

Enak kali ku rasa membaca cerita Medan  kau ini. Jadi ingat pulak aku ke masa kecilku waktu di Medan.  Kami dulu  tinggal di kampung Pandau antara Sungai Kera dan jalan Melaka. Persisnya di jalan Teluk Betung. Aku lahir di sana ditangani bidan.

Aku sempat jumpa sama mak bidan itu waktu umurku 6 tahun. Rumahku itu sudah tidak ada. Sudah di jual tidak lama setelah ayah meninggal .  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun