[caption id="attachment_290908" align="aligncenter" width="578" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption] Jika Kurang Bayar Tol, Diteriakin! Pernah kurang bayar tol?, saya pernah ketika tarif tol baru dinaikan, termasuk tatif tol jarak dekat, yang dari Rp.500 naik menjadi Rp 1000. kemudian sekarang menjadi Rp. 1.500. ( Sekedar info di malaysia tol jarak pendek macam ini sebagian besar sudah dibebaskan gratis) .Saya pernah diteriaki oleh penjaga gardu tol keras keras menggunakan pengeras suara, bayar tolnya kurang pak, sekarang naik!. Kendaraan yang saya kemudikan waktu itu sudah bergerak sedikit, untungnya dibelakang tidak ada kendaraan, saya mundur. "Sekarang bayarnya seribu lima ratus pak, sudah naik, lihat tuh tarifnya, sejak seminggu lalu" kata si mbak penjaga pintu tol. Oh iyakah, saya lihat benar, sudah naik dari Rp.1000 menjadi Rp.1.500. " Maaf ya mbak saya ternyata tidak tahu sudah naik". Lho kok sampe enggak tahu, ya. Benar saya kurang perhatikan walaupun saya tahu ada pemberitahuan tarif tol naik ketika itu, cuma karena saya sudah lama kerja di Cibitung Bekasi jarang masuk Jakarta kecuali ada tugas seperti hari ini, saya masuk Jakarta setelah seminggu dari pemberitahuan tarif tol naik, hehe. Yo wess saya tambah lagi bayarannya dengan uang lima ratusan, banyak ini di kendaraan uang lima ratusan, hehe. Ketika lama menjadi TKI di Kuala Lumpur dulu, saya tidak pernah diteriaki macam itu, kenapa? Kerana di Malaysia sejak lama ada tiga pilihan cara bayar tol, biasa kontan, kedua Touch N Go dan Smart Tag ( boleh lewat saja karena palang pintu secara otamatis terbuka ), rencananya ada satu lagi model ERP enggak pake palang lewat begitu saja. Saya pilih Smart Tag, karena banyak lewat tol, hehe, biar enggak repot. Kenapa saya di Jakarta enggak pake macam begituan? Sebenarnya punya kartu-nya yang disentuhkan itu, cuma tol yang saya bayar kecil kecil, jarang sekali gede gedenya, karena kerja di Bekasi, jadi males, kalau ke Jakarta sering saya gunakan juga, tetapi lebih banyak saya tetap gunakan bayar manual biasa saja, lebih asik engak repot repot isi ulang, kan mecetttt......hehe, yok opo seh. Jika bayarnya tol lebih Ini dia persoalannya, ketika kurang saya diteriakin kayak maling hahahahaha. Salah sendiri main kabur ajah!. Iya juga seh, awalnya ketika baru balik dari KL saya selalu tunggu diberi struk bayaran, cuma di Jabodetabek " ini kesan saya pentol ( pejaga pintu tol ) mau ambil uangnya saja, tidak menampakkan sigap ambil uang kasih karcis, kecualai kalau kita mau tunggu", buat apa juga ya kan?, Ketika dulu keseringan tidak diberi karcic itu saya tulis di kompasiana, kenapa pentol tidak kasih karcis apakah uang masuk kantong mereka? Ada komentar yang memberi tahu, "enggak usah dipikir pak, kan ada alat perekamnya, berapa banyak kendaraan lewat, jadi pihak manajeman tidak bisa dikibuli oleh pentol", ditulis di ruang komentar. Oh begitu, yo wess sejak itu saya males tunggu karcis, kecuali langsung dikasih sebelum bayar atau bersamaan dengan pengembalian, hehe. Tadi pagi pukul 5.3o-an saya lewat pintu tol Pondok Gede I untuk ke Jakarta, ketika antrean saya cari uang krincingan sebanyak 3500 rupiah, saat tiba giliran saya yang masih sepi itu tetapi ada kendaraan dibelakang, saya berikan uang itu sebanyak 3500 rupiah, pentolnya diam saja dan tidak kasih karcicnya, hehe. Setelah lewat pintu beberap meter saya baru ngeh kalau saya bayar lebih, saya ternyata bukan ke Cibitung yang bayar 3500, ini ke Jakarta, semustinya 1500 dibayar 3500 rupiah, lebih 2000 rupiah. saya enggak diteriaki oleh pentolnya.....hahahaha. Ada tadi niatan mau mundurkan lagi kendaraan, minta lebihnya, eh sudah ada mobil lain bayar, yo wess. Ketika bayar tol di pintu Halim yang 7000 rupiah itu saya kasihkan uang 50.000. dan tanya, kalau saya lebih bayar dipintu tol tadi bagaimana itu mbak?. Si mbak pentol bilang "ya bapak minta kelebihan bayarnya disana dipintu tol sana", saya tertawa cekikian, nano nano, pagi pagi, hehe " Mas sampian iki, masih pagi pagi sudah linglung, lainnya wong cuma duit 2000 rupiah saia kok dipersoalkan, ditulisnya lagi di kompasiana, memang keterlaluan kamu, kurang kerjaan ya mas?.".....hahahahaaaaa. Bisa jadi apa yang sampian katakan itu benar, cuma saya enggak bermaksud seperti itu, namanyanya juga berbagi informasi sesama , enggak salah juga kan ya........mossok seh, hahahahaha Apa? Ya sudah cuma mau cerita itu saja, lainnya di jalanan ternyata lancar banget, sampai di tempat kerja pukul 6.00 pas, parkir masih banyak, coba kalau siangan dikit, parkir repot, mau nekat parkir pinggir jalan nanti kena denda "cabut pentil", yok opo seh Dishub DKI, lah wong jelas sanksi pidana kalau parkir sembarangan itu sanksi pidana-nya "KURUNGAN BADAN SATU BULAN atau DENDA Rp. 250.000, lho kok main cabut pentil, itu namanya melnggar hukum, mau nertibkan pejabatnya sendiri tidak mau melaksanakan hukum yang sudah diatur secer tegas dan jelas, kok malah cabut pentil, opo seh!, jangan semaunya sendiri dong deh! Trus maunya kamu? YA TEGAS LAH TILANG BRO!!!..........BIAR DI HUKUM SAMA HAKIMNYA, SATU BULAN KURUNGAN, ATAU DENDA MAKSIMAL 250 REBU, gitu!, kalau perlu kendaraannya diangkut sekalian! atau petugas parkirnya di sidak sekalian diangkut, hehe, bukan dicabut pentilnya. Di ingatkan jangan mau di bodo bodoin dicabut pentil karena jelas itu melnggar hukum, lah kok MALAH YANG INGATKAN DI UDEL UDEL...hahahaha, "dasar Andreas "yok opo seh sampian iki? http://hukum.kompasiana.com/2013/09/25/ada-perda-cabut-pentilkok-enggak-tahu-595662.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI