[caption id="attachment_214150" align="aligncenter" width="448" caption="cangget menari adat lampung, sang bumi rua jurai, foto andika"][/caption] Lampung Provinsi yang terletak di paling ujung Pulau Sumatera Bagian Selatan, sebelum menjadi Provinsi sendiri di kitaran awal tahun 60-an Provinsi ini merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan dengan Ibu Kota Palembang. Cukup dengan naik bus dari Jakarta ke Merak, kemudian disambung kapal ferry ro-ro yang hampir setiap jam ada ke Pelabuhan Penyeberangan Merak, Banten yang diopersikan oleh PT ( Persero ) ASDP, kurang lebih satu setengah jam saja berlayar, maka sudah sampilah di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni di Lampung, mudahkan. [caption id="attachment_214157" align="aligncenter" width="448" caption="naik bus dan ferry saja cukup untuk sampai ke lampung, foto andika"]
[/caption] Begitu bus berjalan dari terminal bus di pelabuhan Bakauheni menuju Bandar Lampung yang kurang lebihnya 90 menitan itu, banyak orang sudah mulai berdecak dan melotot karena tampak terlihat jelas tanahnya subur yang dikiri kanan jalan dipenuhi dengan tanaman pisang, yang buahnya dikomsumsin oleh orang orang Jakarta dalam bentuk mentah atau sudah menjadi kripik pisang yang terkenal itu,
maka tidak heran berbagai suku di Provinsi ini ada, bahkan mungkin saja sama denga berbagai suku yang ada di Jakarta,
selain menarik untuk tempat usaha, juga menarik banyak orang datang ke Lampung untuk bertani, juga banyak yang datang secara spontan dari Bali..
Berbagai suku bangsa masuk ke Lampung sejarahnya sudah di mulai sejak awal tahun 1900-an didatangkan atau datang sendiri atas kemauan sendiri, jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945, maka tidak heran jika di Bandar Lampung, ada yang berkomukisai,
mas mau kemana? di jawab akan balik ke Jepara. Jika itu bicaranya di Lampung jangan dikira si bapak yang mengatakan
arep moleh Jepara ( mau balik Jepara ) itu ke Jepara di Jawa Timur, tetapi
ada Jepara dan Purwodadi dan banyak lagi nama nama daerah di Jawa, ada di Lampung,
yok oppo seh. Karena itu Lambang Provinsi Lampung tertulis jelas " Sang Bumi Rua Jurai " yang jika diperinci terjemahannya
" Di Bumi yang punya dua lajur, maksudnya penduduk asli dan penduduk pendatang menjadi satu ".
So, apa persoalan, sudah hampir seratus tahun pendatang terutama dari jawa dan dari Bali, ada di Lampung, tidak ada cerita bunuh bunuhan, tembak tembakan, kroyok kroyokan, bakar bakaran, mati matian dan apa lag", yang
dulu tidak mungkin sekarang membuat kita terbelalak.......nelanggsa, "yo wat api kidah we" ,( ada apa gerangan kata orang lampung ), yok onnok oppo seh kata orang jawa, saya enggak tahu bahasa Bali-nya, untuk menyatakan keheranan kok bisa ya terjadi seperti yang ramai minggu ini di Kalianda Lampung Selatan.................
Orang "Lampung itu memang menerima pendatang dengan senang hati", So whats gito loch? Onnok oppo, kayaknya ada yang salah, dimananya ya, enggak faham saya....
mungkin itu yang jika diterjemahkan apa yang disampaikan oleh Gubernur Lampung, yang orang asli Lampung itu hueran dengan wajah kusut, sekilas saja saya lihat kemarin di teve tanda prihatin. Lainnya, mungkin ini dia, "bisa jadi atau tidak, bukan karena ini", tak tahulah,
orang Lampung itu punya " Pe El " ( baca pi il ), harga diri yang taruhannya ( kadang enggak mikir akibatnya ) jika tersinggung rela mati atau membunuh jika perlu. Saya kira ini harga diri itu, bukan milik orang Lampung saja. [caption id="attachment_214156" align="aligncenter" width="448" caption="berbagai suku datang ke lampung..foto andika"]
[/caption] Sampai dengan awal tahun 1980 sebelum Polri melarang membawa senjata keluar rumah,
bisa dikatakan " tidak ada lelaki lampung keluar rumah tanpa membawa pisau cap garpu yang diselipkan dipinggang, untuk jaga diri", pisau bukan sembarang pisau, jika ditempat lain ada keris atau badik
, di Lampung cukup "pisau cap garpu" yang tajam sekali itu, yang setiap hari di asah dan mengkilat itu
" yang juga digunakan oleh ibu ibu untuk memotong sayur di dapur itu, Buat apa, Ya itu tadi lebih kepada untuk jaga diri dan keperluan lain dan bisa jadi juga digunakan jika tersinggung ( pi il ) tadi itu.
jangan sembarang bicara dan menggangu istri dan kerabat orang lampung yang tidak perlu, bisa cilaka dibuatnya.
Itu dulu entah pula jika sekarang Salam prihatin dari Jakarta, "wat api kidah we, onno oppo, so whats gitu loch"Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Sosbud Selengkapnya