Pernahkah membayangkan ada bom jatuh di beranda rumah kita atau desing peluru berseliweran menembus dinding rumah kita yang terbuat dari batako? Mobil kesayangan kita ringsek diterjang tank-tank yang lalu lalang meratakan rumah kita mulai dari dapur sampai ruang tamu? Ya, peperangan terjadi dikawasan tempat kita tinggal dan memporak-porandakan seluruh kehidupan kita? Gambaran pikiran anda mungkin sama dengan saya yang langsung teringat sebuah film Hollywood “Saving Private Ryan” dengan setting kehancuran kota-kota di Eropa akibat Perang Dunia II.
Yah itulah gambaran Perang Dunia II, tahun 1940an. Namanya Perang Dunia berarti seluruh negara berperang dan bersekutu satu sama lain buat meghancurkan negara maupun kelompok lain yang menjadi musuhnya. Mungkinkah hal itu berulang? Atau bisakah Perang Dunia III pecah dan melibatkan negara kita?
Menurut saya pribadi kemungkinan tersebut tetap ada, namun bentuknya yang berubah. Kalau pernah melihat film “Die Hard 4” yang dibintangi Bruce Willis, mungkin akan segera “nyambung” dengan bentuk perang yang akan datang yang paling mungkin melibatkan kita saat ini. Cyber Warfare sebagai bentuk perang generasi ke-5 menurut ahli strategi Barat lebih menekankan kepada komputer dan koneksi dunia maya. Menurut Richard A. Clark, seorang ahli dibidang keamanan pemerintahan Amerika Serikat dalam bukunya Cyber War (Mei 2010), dia mendefinisikan Cyber War sebagai aksi penetrasi suatu kelompok/negara terhadap jaringan komputer kelompok/negara lain dengan tujuan mencuri informasi penting sampai dengan menyebabkan gangguan dan bahkan kerusakan seperti yang digambarkan dalam “Die Hard 4”.
Dalam dunia yang interconnected (saling bergantungan) saat ini, dapatkah anda bayangkan hidup tanpa listrik karena pembangkit listrik kita dilumpuhkan oleh serangan cyber? Dapatkah anda bayangkan data-data kita yang ada di Kelurahan untuk pembuatan e-KTP dicuri pihak tertentu yang punya niat jahat. Atau kita tidak bisa lagi meghubungi teman, sanak saudara melalui handphone karena satelitnya rusak atau melenceng adri orbitnya dan kita sudah terlanjur memutus jasa komunikasi kabel kita?
Ya, Cyber Warfare saat ini mungkin baru dideteksi dengan ditemukannya virus Stuxnet, Duqu atau Flame yang ditengarai pernah melumpuhkan instalasi nuklir Iran beberapa waktu lalu. Sadarkah anda bahwa virus-virus tersebut tidak hanya merusak komputer, tetapi juga mampu merekam ketikan keyboard kita, merekam tampilan layar monitor, mengaktifkan microphone komputer kemudian merekam pembicaraan kita, mematikan program antivirus, dan bahkan mencegat email2 penting kita ataupun mengaktifkan bluetooth komputer serta perangkat sekitarnya (HP, BB, komputer lain, perangkat elektronik lain) untuk mencuri data, baik yang penting maupun tidak penting?
Scarry juga yah? Trus apa yang harus kita perbuat untuk mencegah itu semua? Sejatinya negara harus memiliki para “Cyber Warrior” buat melindungi kita dari serangan cyber semacam itu. Menurut klaimnya, Kemkominfo sudah punya yang namanya Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), yang merupakan badan dibawah Kementrian Komunikasi dan Informatika yang bertugas melakukan pengawasan keamanan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet Indonesia. Lembaga Non Departemen juga kabarnya memiliki Indonesia Computer Emergency Response Team (ID-CERT), yangmerupakan organisasi non pemerintah yang melakukan advokasi dan koordinasi penanganan insiden keamanan di Indonesia. Juga ada Unit Cyber Crime RESKRIMSUS POLRI, yang merupakan unit Kepolisian Republik Indonesia yang mempunyai tugas pokok penegakan hukum terkait kejahatan cyber.
Apakah mereka sudah cukup handal menangkal serangan Cyber di dunia maya yang konon kabarnya disiapkan dan disponsori oleh aktor negara? Beberapa korporasi penyedia jasa keamanan internet bahkan menyebutkan bahwa virus-virus jahat dibuat secara khusus dengan dana dan resources yang sangat mahal. Sebut saja “Blue Army”nya Cina, US Cyber Command punya Paman Sam, Cyber Security Opeations Center-nya Inggris dan tentu saja Unit 8200-nya Israel yang konon pernah melumpuhkan radar Suriah sebelum Serangan Udara dilancarkan ke negara tersebut.
Akhirnya semua berpulang kepada kita sendiri sebagai warga negara yang sekaligus warga dunia maya. It can Happen here! Medan Perang di Beranda rumah kita sendiri. Waspada dan berhati-hati serta senantiasa meningkatkan pengetahuan (khususnya IT) menjadi prasyarat minimal untuk meminimalisir kerugian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H