Mohon tunggu...
Andi Ismail M. Natsir
Andi Ismail M. Natsir Mohon Tunggu... wiraswasta -

Life is good. Domisili Lhokseumawe, Aceh. Asal Ogan Ilir, SUMSEL. Bapak RT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hanya Untuk Para Pecinta

14 Desember 2012   08:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:41 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya sebenarnya bukanlah seorang penggemar fanatik sepak bola, tetapi sebagai anak bangsa yang peduli dengan kemajuan bangsa saya memcoba memberanikan diri untuk membuat tulisan seputar sepak bola di negeri kita tercinta. Sebagai generasi muda bangsa sudah selayaknya kita mengambil bagian dalam mengisi pembangunan negeri kita dan perkembangannya.

Rasa kesal kita kepada para pengambil kebijakan dunia olah raga di negeri kita terkhusus sepak bola adalah hal yang wajar. Carut marutnya manajemen pengelolaan persepak bolaan ini menjadikan kita kian terpuruk di dunia sepak bola internasional, bagaimana tidak kualitas materi “pemain” kita bertahun-tahun tak mampu bersaing dengan negara jiran ditambah lagi kisruh dualisme kepengurusan “PSSI dan KPSI” kian hari tak menemui titik terang untuk sebuah perdamaian yang lebih mementingkan kepentingan bangsa ketimbang kepentingan pribadi, kelompok ditambah lagi santer isu kepentingan politik dua partai besar di Indonesia meskipun sanksi dari FIFA sudah menanti.

Kesedihanpun kian bertambah ketika kita mendengar informasi seorang pemain yang berasal dari luar negeri meninggal dunia di rumah sakit hanya karena tak mampu untuk membayar biaya berobat akibat dari gajinya yang tak kunjung dibayarkan oleh manajemen tempat ia bernaung, bahkan untuk membayar kos dan biaya makan sehari-hari pun mereka harus mencari pinjaman pada pihak lain. Bahkan beberapa pemain mencoba mencari sumbangan dana dari pengguna jalan raya di perempatan jalan.

Artis pun turut andil dalam menambah catatan kelam persepak bolaan Indonesia, ketika sang pesepak bola jaya dan di puja-puja oleh banyak kalangan mereka pun berusaha untuk menghisap manisnya. Tapi coba lihat ketika mereka tak lagi dipakai oleh klub yang menyebabkan penghasilan mereka tak sebanyak dulu lagi, sang artis mulai melakukan gugatan cerai pada pesepak bola kita.

Inilah wajah kelam persepak bolaan di negeri kita, belum lagi tingkah yang dibuat oleh para supporter yang tidak sportif ketika klub yang mereka bela mengalami kekalahan, sehingga menyulut kerusuhan yang pada akhirnya menelan korban jiwa, kerusakan dan kerugian terjadi di mana-mana.

Kapan sepak bola kita akan maju jika mulai dari pengambil kebijakan sampai pendukung klub selalu rusuh. Bola tetaplah bundar ia akan menuju arah yang benar ketika sang penendang memiliki visi yang maju. Industri persepak bolaan pun begitu menggiurkan, masa yang banyak merupakan ladang tersendiri bagi banyak kepentingan, pejabat, politisi, pengusaha, bahkan sekedar seorang pedagang asongan.

Sebagai anak negeri saya senatiasa mendo’akan semoga persepak bolaan di negeri kita mencapai puncak kegemilangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun