Mohon tunggu...
Andi Ismail M. Natsir
Andi Ismail M. Natsir Mohon Tunggu... wiraswasta -

Life is good. Domisili Lhokseumawe, Aceh. Asal Ogan Ilir, SUMSEL. Bapak RT.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Moment Kebaikan

5 November 2012   02:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:58 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13520820141351457516

Seorang guru taman kanak-kanak – TK – “sebut saja namanya bunda ni” membuat acara makan-makan “makan siang” di rumahnya, dan yang ia undang teman-teman sesama guru ditempatnya bekerja. Ia membuat acara ini tanpa ada maksud “moment” tertentu, melainkan ia hanya berkeingan untuk mengundang teman-teman sekerjanya untuk makan siang di rumahnya itu saja.

Undangan pun telah ia sampaikan, dan tiba pada waktunya teman-temannya pun hadir memenuhi undangannya hanya ada beberapa temannya yang tidak dapat hadir memenuhi undangannya karena berhalangan pada hari itu. Teman-temannya yang hadir pada saat itu bingung dan bertanya-tanya ada apa gerangan, ada syukuran apa...?, ada peringatan apa...?, ini dalam rangka apa...?, siapa yang ulang tahun...?, itulah diantaranya pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari teman-teman bunda ni yang hadir pada hari itu.

Dengan berbagai jawaban bunda ni pun mejawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari teman-temannya, tapi mungkin jawaban-jawabannya tak begitu memuaskan teman-temannya. Namun itu bukanlah persoalan, dan hal itu tidaklah pun membatalkan acara makan-makan yang telah disiapkan, acara tetap berlangsung sebagaimana yang diharapkan dan tak sedikit teman-temannya menayakan resep menu masakan yang bunda ni buat hari itu bahkan ada yang mencatatnya pada saat itu juga, acara pun usai dan teman-temanya satu persatu berpamintan untuk pulang kerumah.

Mendengar hal itu pun saya juga menjadi sedikit bingung dan juga bertanya-tanya, apakah ketika kita ingin berbuat kebaikan misalnya “mengundang teman-teman makan seperti apa yang diadakan oleh bunda ni diatas harus ada moment-saat-saat-tertentu...?”. Bukankah kebaikan “amalbaik” yang kita kerjakan disaat moment-moment tertentu merupakan kewajiban “menjadi wajib hukumnya” yang telah menjadi ketetapan dan ketentuan dalam setiap agama.

Dalam agama Islam miisalnya, sholat wajib lima waktu sudah memiliki waktu-waktunya yang telah di tentukan, sholat maghrib yang tiga rakaat tidak dapat di kerjakan pada waktu sholat subuh. Begitu pula kewajiban-kewajiban lainya puasa ramadhan, zakat fitrah, dan haji semua itu dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja, jika hal itu kita kerjakan diluar waktu yang telah ditetapkan dalam agama Islam maka amal tersebut tidaklah bernilai pahala sebagaimana mestinya atau bahkan bisa menjadi tidak berpahala sama sekali “berdosa”. Dan masih banyak contoh lain kebaikan yang harus dikerjakan pada waktu-waktu tertentu sebagaimana telah diatur oleh agama yang kita anut.

Dan jika kita sering memperhatikan “waktu dan moment” ini pulalah yang menjadi alasan kebanyakan politisi kita “di negerikita tercinta ini” untuk berbuat kebaikan, biasanya menjelang pemilu atau pilkada “waktu dan moment yang tepat” seolah-olah mereka semua adalah orang yang baik, suka menolong, berderma, suka memberi, menjadi pahlawan bagi yang lain “padahal jika mereka mau, mereka dapat menolong orang kapan saja dan siapa saja”, bisa jadi pula apa yang mereka berikan bukanlah dari kantong “uang” mereka sendiri melainkan uang negara. Dan coba lihat bagaimana ketika mereka setelah terpilih dan menduduki jabatan yang mereka impikan, apakah merekan akan tetap menjadi orang baik seperti waktu dan moment menjelang pemilu atau pilkada dilaksanakan, barangkali sebagian kecil dari mereka tetap berbuat baik bahkan bisa jadi itu hanya terbatas pada kelompok maupun keluarga mereka saja.

Dari sinilah kita mulai harus dapat membedakan mana kebaikan yang dapat dikerjakan kapan saja dan mana saja kebaikan yang harus dilaksanakan sesuai dengan waktunya yang telah ditentukan. Jangan sampai kita mebatasi diri kita dalam berbuat kebaikan hanya karena waktu, karena jika tidak bisa-bisa kita akan menunda-nunda kebaikan atau bahkan kita jadi mengerjakan kebaikan sesuka hati kita yang pada akhirnya kita tidak mendapatkan pahala dari apa yang kita kerjakan sebaliknya kita mendapatkan dosa dan kesia-siaan. Dan dari sini pula lah kita dapat mengetahui mana orang yang benar-benar tulus dengan kebaikan dan mana orang yang berbuat kebaikan “kebajikan” hanya karena waktu dan moment “kepentingan atau melaksanakan kewajiban” tertentu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun