Mohon tunggu...
Andi Indardaya
Andi Indardaya Mohon Tunggu... -

Farmasi UH 2014

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kurang Gizi Seperti Hantu di Indonesia

30 November 2014   15:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:27 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kurang Gizi adalah salah satu penyakit malnutrisi energy-protein (MEP) dimana terjadinya kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya mengkonsumsi energy dan protein sehari-hari yang terdapat dalam makanan sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi(AKG). MEP sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu MEP ringan yaitu yang dikenal dengan kurang gizi, dan MEP berat yang biasanya disebut dengan busung lapar atauHO.gizi buruk terbagi menjadi 2 golongan yaitu marasmus, dan kwashiorkor. Ciri-ciri seseorang menderita kurang gizi yaitu kurangnya berat badan dari normalnya,dan terlepas dari hubungan genetik, tubuhnya lebih pendek dibanding dengan anaks eusianya. Selanjutny pada busung lapar atau gizi buruk, penderita marasmus ditandai dengan tubuh yang sangat kurus, sehingga tulangnya sangatmenonjol sehingga keliahatan seperti tulang saja. Sedangkan penderita kwashiorkor memiliki ciri-ciri seperti perutnya yang buncit dan biasanya kaki yang membengkak.Hal ini disebabkan mungkin karena anak kekurangan sumber protein.Jadi, dengan munculnya kurang gizi yang tidak diatasi secara dini, maka kemungkinan akan berujung pada gizi buruk, dan kita ketahui bersama bahwa penderita gizi buruk harus diberikan perawatan medis.

Kurang gizi merupakan suatu permasalahan yang sepertinya tiada henti di Indonesia. Berbaga cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi masalah ini, tetapi tidak ada habisnya. Apa yang sebenarnya menjadi pemicu utama kurang gizi? Apakah kebijakan-kebijakan pemerintah yang salah dalam menangani hal ini?Ataukah hanya pemerintah saja yang harus ambil andil dalam hal ini? Menurut saya bukan hanya pemerintah saja yang ikut andil, tetapi kita juga sebagai warga Indonesia harusnya lebih memperhatikan masalah ini dan ikut berpartisipasi.

Masalah ini harus tetap ditindak lanjuti, melihat bahwa kurang gizi dan gizi buruk yang boleh dikatakan sangat miris dalam bidang kesehatan yang akan menimbulkan efek seperti menurunnya kualitas IQ seseorang, bahkan bisa saja berakibat fatal, seperti kematian pada balita yang menderita. Hal inilah yang sangat disayangkan jika meningkatnya jumlah kematian dikarenakan oleh gizi buruk. Menurut saya, seharusnya pemerintah bisa memberikan kontribusi penyelesaian kasusini sehingga jika kontribusi yang ada pada suatu daerah ataupun kota akan sangat membantu .kembali lagi, bahwa memang langkah pemerintah untuk menghadapi semua ini yaitu anggaran, entah melalui APBN yang harus kita perjuangkan atau dari asosiasi ataupun pihak swasta yang berminat dalam penanggulangan kasusini.  Di satu sisi, alangkah baiknya jika rumah sakit swasta yang ada di Indonesia mengadakan event seperti baksos atau hal-hal lain untukmenangani masalah ini, dan saya rasa sebuah rumah sakit tidak pernah dirugikan dengan diadakannya event seperti ini. Semua itu kembali kepada kesadaran diri sendiri untuk lebih peka terhadap keadaan sekitar.

Menurut Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan bahwa Indonesia berada di peringkat kelima Negara dengan kekurangan gizi “Peringkat kelima karena jumlah penduduk di Indonesia juga di urutan empat terbesar dunia. Menurut data tahun 2012, jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar  900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita di Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Di Negara berkembang seperti Indonesia, malnutrisi seringkali dialami balita. Seperti yang dikutip dari DetikHealth.com, Dr Rachmi Untoro MPH dari Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia mengungkapkan tanda-tanda anak kekurangan gizi adalah rambut kusam, kering, pucat, bibir dan mulut bengkak.Selain itu otot kurus, nyeri, lemah, sering kejang-kejang, penebalan pada tulang sendi, dan rasa ngilu. Banyak faktor-faktor yang menjadi pemicu kurang gizi diantaranya pola makan, factor kemiskinan, dan juga mungkin keadaan di dalam keluarga memburuk, pendidikan dan penyediaan bahan makanan tidak baik,serta kurangnya hasil pertanian, sehingga menyebabkan kurangnya ketersediaan makanan pada skala rumah tangga. Juga karena minimnya akses rumah tangga pada sarana pelayanan kesehatan.Di Negara berkembang, dua per tiga kematian balita setiap tahun terkait dengan kurang gizi dan gizi buruk.Hal ini salah satunya adalah akibat dari praktik pembelian makanan yang tidak benar.

Ketua UKK Nutrisi & penyakit Metabolik IDAI, Dr Damayanti Rusli Syarif, Sp.A (K) mengatakan bahwa salah satu cara mengatasi kurang gizi dan gizi buruk dengan mengajarkan ibu memberikan makan anak yang benar.

"Ajarkan anak-anak ini makan-makanan keluarga, yaitu makanan orang Indonesia," jelas Dr. Damayanti di Lounge XX1 Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 21 November 2013.

Sementara itu, menurut Dr. Damayanti, saat ini anak-anak Indonesia lebih mengenal makanan-makanan cepat saji.Dia mengatakan bahwa sebenarnya makanan-makanan cepat saji tersebut dianggap oleh orang Barat sebagai junk food.

"Tetapi, justru anak-anak kita diperkenalkan bahwa makanan-makanan sehat adalah yang seperti itu," tutupnya.

DAFTAR PUSTAKA

https: //www.futuready.com/ArticleDetail/Index/Anak-Kurang-Gizi-Apa-Solusinya

www.tempo.com

www.lifestyle.okezone.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun