Mohon tunggu...
Andini NurAzzahra
Andini NurAzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pre-klinik FKG UNAIR

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Tren Pemasangan Behel oleh Dokter Gigi Umum

14 Juni 2024   15:30 Diperbarui: 14 Juni 2024   21:48 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, tren layanan pemasangan behel (ortodontik) di kalangan dokter gigi umum semakin marak. Banyak pasien, terutama dari kalangan menengah ke bawah, memilih untuk melakukan perawatan ortodontik ini di tempat praktik dokter gigi biasa, bukan di klinik dokter spesialis ortodonti. Hal ini tentunya menimbulkan perdebatan mengenai kualitas perawatan yang diterima oleh pasien. Dokter gigi umum umumnya hanya memperoleh pelatihan singkat terkait prosedur ortodontik, tanpa menjalani pendidikan khusus selama beberapa tahun seperti yang dilakukan oleh dokter spesialis ortodonti. Meskipun telah mengikuti pelatihan, kewenangan dokter gigi umum untuk melakukan perawatan ortodontik yang mengikat masih dipertanyakan. 

Asosiasi dokter gigi memandang praktik ini sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan standar profesional yang ditetapkan. Di satu sisi, pasien tentu tertarik dengan biaya yang lebih terjangkau jika melakukan perawatan ortodontik di tempat praktik dokter gigi umum. Aspek finansial menjadi pertimbangan utama bagi banyak orang saat memilih layanan kesehatan gigi. Namun, di sisi lain, hal ini dapat menimbulkan risiko yang lebih besar bagi kesehatan gigi dan mulut pasien dalam jangka panjang. Risiko yang lebih besar di tangan dokter gugi umum perawatan ortodontik yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah bite, estetika, dan kesehatan gigi yang serius. Ketidaksesuaian susunan gigi yang tidak ditangani dengan benar dapat berdampak buruk pada fungsi pengunyahan, berbicara, dan penampilan pasien. Hal ini dapat memicu komplikasi lain, seperti gigi berlubang, penyakit gusi, dan gangguan sendi rahang. Dokter spesialis ortodonti yang telah menjalani pendidikan khusus selama beberapa tahun tentu memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai struktur dan fungsi sistem stomatognati (mulut dan rahang) serta pengalaman yang lebih luas dalam menangani kasus-kasus ortodontik yang kompleks. Mereka juga memiliki akses yang lebih baik terhadap peralatan dan teknologi terbaru yang dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang optimal. Sementara itu, dokter gigi umum hanya mengikuti pelatihan singkat ortodonti, yang umumnya hanya mencakup pengetahuan dasar dan prosedur pemasangan behel. Meskipun mereka dapat melakukan perawatan ortodontik sederhana, kemampuan mereka dalam menangani kasus-kasus yang lebih kompleks dapat dipertanyakan. Akibatnya, pasien berisiko mengalami hasil perawatan yang tidak memuaskan atau bahkan berdampak negatif pada kesehatan gigi dan mulut mereka (Zaini Miftach, 2018). 

Sebenarnya jika dilihat dari kacamata bisnis, yg dilakukan oleh dokter gigi umum tidak salah tetapi dari kacamata etika, kurang dibenarkan karena overclaim dan terlalu promosi di medsos mengenai layanan perawatan behel gigi di dokter umum padahal hal tersebut  tidak boleh menurut undang-undang. Selain itu, praktik dokter gigi umum yang melakukan perawatan ortodontik tanpa memiliki kewenangan resmi dari asosiasi dokter gigi dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan etika profesional. Meskipun mereka telah mengikuti pelatihan, dokter gigi umum tidak memiliki sertifikasi atau lisensi khusus untuk melakukan perawatan ortodontik mengikat, yang umumnya hanya dimiliki oleh dokter  gigi spesialis ortodonti.

Dampak Jangka Panjang mengenai risiko kesehatan gigi dan mulut yang lebih besar selain masalah etika profesional adalah perawatan ortodontik yang dilakukan oleh dokter gigi umum juga dapat menimbulkan risiko kesehatan gigi dan mulut yang lebih besar dalam jangka panjang. Prosedur yang tidak tepat atau penggunaan alat ortodontik yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerusakan permanen pada gigi, gusi, dan struktur rahang pasien. Salah satu contoh adalah risiko terjadinya resorpsi akar (pengikisan akar gigi) akibat pergerakan gigi yang tidak terkontrol. Resorpsi akar dapat menyebabkan gigi menjadi lebih pendek, rapuh, dan berisiko mengalami komplikasi di kemudian hari, seperti gigi tanggal atau perlu dicabut. Selain itu, pemasangan behel yang tidak tepat juga dapat memicu masalah pada sendi rahang, seperti gangguan pada sendi temporomandibular joint (TMJ) yang dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, dan keterbatasan pergerakan. Dalam jangka panjang, masalah-masalah ini dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup pasien, baik dari segi kesehatan maupun estetika. Pasien mungkin harus menjalani perawatan tambahan yang lebih kompleks dan mahal untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, bahkan mungkin harus melakukan ekstraksi gigi atau prosedur bedah rahang. 

Menimbang antara biaya yang terjangkau dan kualitas perawatan bagi pasien, pertimbangan utama saat memilih layanan perawatan ortodontik adalah biaya yang terjangkau. Tidak dapat dipungkiri bahwa perawatan ortodontik, terutama di tangan dokter gigi spesialis, cenderung membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Namun, mengutamakan biaya yang lebih murah tanpa mempertimbangkan kualitas perawatan dapat berujung pada risiko yang jauh lebih besar bagi kesehatan gigi dan mulut pasien dalam jangka panjang. Penting bagi pasien untuk memahami bahwa perawatan ortodontik bukanlah hanya sekadar memasang behel, tetapi merupakan proses yang kompleks yang membutuhkan perencanaan, pemantauan, dan penyesuaian yang cermat. Dokter gigi spesialis ortodonti yang berpengalaman memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dalam mengelola kasus-kasus ortodontik yang rumit, sehingga dapat memberikan hasil perawatan yang optimal dan meminimalkan risiko komplikasi (Rahmawati & Putra, 2023). Di sisi lain, biaya perawatan ortodontik di tempat praktik dokter gigi umum memang lebih terjangkau. Bagi pasien dengan keterbatasan finansial, opsi ini dapat menjadi solusi yang menarik. Namun, pasien harus mempertimbangkan dengan cermat apakah potensi penghematan biaya jangka pendek tersebut sebanding dengan risiko kesehatan gigi dan mulut yang mungkin timbul di kemudian hari. 

Perlunya edukasi dan pengawasan yang ketat untuk mengatasi isu ini, diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak, termasuk asosiasi dokter gigi, pemerintah, dan masyarakat. Asosiasi dokter gigi perlu memperketat pengawasan dan regulasi terhadap praktik dokter gigi umum yang melakukan perawatan ortodontik tanpa kualifik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun