Mohon tunggu...
Andi Ihsandi
Andi Ihsandi Mohon Tunggu... -

@andiihsandi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cerita Lengkap Konser Muse: The 2nd Law Tour

3 Oktober 2013   08:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:04 2193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang ini, hampir semua pecinta musik Rock tau apa Muse itu. Saya emang nge-fans banget sama grup asal Inggris satu ini, dulu mereka juga sempet sih tur ke Indonesia tahun 2007, tapi sayangnya saya enggak bisa nonton konser mereka waktu itu. Sebenernya pertama denger lagunya itu 2004-2005an, tapi nge-fans gila-gilaan dimulai sejak 2007-2008, dan masih awet sampe sekarang ini. Saya sebenernya enggak pernah cinta mati sama band/artis, tapi mungkin Muse itu satu-satunya grup band yang punya pengaruh besar di hidup saya. Selama beberapa tahun, saya cuman bisa mengapresiasi konser mereka lewat internet. Penampilan Matt Bellamy, Dominic Howard, Christopher Wolstenholme dan Morgan Nicholls enggak pernah gagal buat bikin saya terkagum-kagum. Selain lagu-lagunya, dari segi sound, setting panggung, live visuals dan live act yang mereka bawakan selalu berbeda dari grup-grup musik lainnya. Padahal cuma nonton di YouTube lho. Grup band padahal ini belum berusia lebih dari 20 tahun, tapi manggungnya udah bisa disetarain sama band selevel U2, Pink Floyd, dan band-band legendaris lainnya. Ketika Muse ngadain The Resistance Tour dengan panggung 3 pilar indoor dan panggung piramid outdoor-nya, saya semakin pengen nonton konsernya. Tapi enggak terwujud. Tapi ketika The 2nd Law Tour dan Unsustainable Tour digelar pada 2012 dan 2013, siapa yang nyangka kalo saya bakal kesampean nonton konser mereka 3 kali. Saya bisa bilang, 2012 dan 2013 bakal jadi tahun yang gak terlupakan.

Panggung Indoor Resistance Tour 2009 (source:fansshare.com)

Panggung Outdoor Resistance Stadium Tour 2010 (source:stageco.com)

Pengalaman pertama saya nonton konser Muse itu di Hamburg pada pertengahan Desember 2012. Karena waktu itu saya pengen menikmati konsernya dengan tenang, tiket saya beli adalah tiket di tribun yang enggak terlalu jauh dari panggung. Tapi, konser yang berdurasi 1 jam 40 menit itu sukses bikin saya mangap akibat kagum luar biasa. Semua elemen dari konsernya perfect banget. Ekspektasi yang saya tumpuk setelah ratusan kali gigit jari nonton video konser mereka, terpenuhi 100%. Ketika itu saya bertekad untuk terus menabung dan berdoa agar bisa nonton konser mereka lagi.

Panggung Indoor The 2nd Law Tour 2012 (source:gophoto.us)

Ternyata, emang bener-bener terkabul. Di pertengahan Juni dan pertengahan Juli 2013, saya dapet kesempatan untuk nonton mereka lagi, di Stade de France (Paris) dan di Waldbühne, (Berlin). Dari ketiga konser Muse ini, yang pengen saya ceritain ke teman-teman pembaca adalah momen-momen yang paling berkesan di konser Stade de France, tepatnya tanggal 21 Juni 2013. Untuk konser ini, saya beli tiket yang berdiri. Selain pengen menikmati gila-nya konser Muse, saya juga diminta oleh rekan-rekan fanbase Muse-Indonesia untuk mendokumentasikan konser ini dan berbagi pengalaman ke fans-fans Muse di Indonesia. Jadi tiket berdiri adalah opsi yang paling bagus. Saya dateng ke lokasi konser sekitar 3 jam sebelum pintu masuk dibuka. Normalnya buat dapetin posisi di dekat panggung, harus dateng sekitar 6-7 jam sebelumnya. Apalagi ini Eropa, malah banyak yang camping di depan pintu masuk sehari sebelumnya. Untungnya, Stade de France punya 16 pintu masuk. Jadi, penontonnya tersebar rata dan saya dateng ketika belum terlalu banyak orang (Tiket konser berjumlah 70.000 tiket dan semuanya terjual). Setelah 3 jam menunggu, saya langsung masuk ke areal stadion dan lari ke depan panggung (sambil kejar-kejaran sama security yang bawel). Saya berhasil berdiri di barisan depan.

13807609452055911814
13807609452055911814

Looking good, Hayley! (source: kamera sendiri)

Berbeda dengan panggung LED piramid-roulette ketika di Hamburg, setting panggung disini berupa kilang minyak raksasa dengan cerobong api diatasnya, dan dindingnya dipenuhi layar LED raksasa. Jauh lebih megah, lebih gede dan lebih rumit. 1 jam setelah saya masuk, FUN sebagai band pembuka pertama, langsung unjuk gigi. Saya cuma tahu beberapa lagunya, tapi aksi-panggungnya lumayan bagus dan lagunya cocok banget sebagai pemanasan sebelum Muse. Setelah itu, Paramore sebagai opening band kedua memulai performance-nya. Saya suka lagu-lagu Paramore, tapi saya gak nyangka kalo performance live-nya Hayley Williams dan kawan-kawan bisa keren banget & penuh improvisasi. Setelah Paramore turun panggung dan kru Muse selesai menyiapkan semuanya, tiba-tiba muncul seorang wanita yang membacakan berita tentang krisis energi di layar raksasa panggung: “.. and high grade energy is being destroyed, an economy based on endless growth is UNSUSTAINABLE.” Kemudian bagian ujung panggung tiba-tiba meledak keras (apinya panas banget karena meledaknya 4 meter dari saya), penonton berteriak riuh dan Muse muncul dan memulai konser dengan “Supremacy” sambil diiringi pyrotechnics yang luar biasa. Meskipun udah nonton di Hamburg, kualitas sound di Stade de France jauh berbeda dan bikin kaki saya gemetaran. Lagu yang bernuansa orkestra ala James Bond ini sukses memukau semua penonton.

1380761070909699505
1380761070909699505
Penanda konser dimulai. (source: kamera pribadi)

13807611551826785720
13807611551826785720

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun