Judul di atas mungkin bisa memicu sebagian masyarakat yang mengaku "nasionalis" merah atau marah-marah, tapi tidak sampai murka karena murka itu hanya keputusan Tuhan yang sering digambarkan beberapa pemuka agama.
Tulisan ini juga dibuat dengan judul bertanya, itu pastinya sangat-sangat butuh akan jawaban yang barangkali para pembaca sekalian bisa berikan setelah selesai membaca seluruh tulisan ini hingga titik terakhir.Â
Saya akan terus melanjutkan tulisan ini dengan berbagai macam pertanyaan yang mungkin saja telah terjawab sebelumnya dalam bentuk ungkapan utopis, oleh para raja-raja atau tokoh-tokoh "kemerdekaan" yang sebagian gagasannya termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945.
Jadi, sebelum bicara Indonesia kita akan kembali dulu ke awal mula dari mana cikal bakal ide penyatuan pulau-pulau ini.Â
"Siapa yang begitu cerdas akan ide persatuan ini?" Atau "Siapa yang begitu egois untuk menguasai bermacam pulau ini?".Â
Sejarah kita mengenal sumpah Palapa Gajah Mada, seorang patih di kerajaan Majapahit. Ia bersumpah akan menyatukan Nusantara dibawa panji Majapahit. Bagian menariknya ialah, arti Nusantara itu sendiri.Â
Dalam bahasa Jawa kuno, Nusantara terdiri dari dua kata Nusa (pulau) dan Antara (luar/lain) dan menurut konsep tatanan kenegaraan Jawa pada abad 13-15, negara dibagi menjadi tiga bagian wilayah: Negara Agung (ibukota kerajaan), Mancanegara (daerah pulau Jawa dan sekitar perbatasan yang budayanya masih dekat dengan Negara Agung) dan Nusantara (Pulau lain/luar Jawa).Â
Di sini kita bisa melihat ke-akuan dari kerajaan Jawa, bahkan cara pandang kalau kejadian ini adalah hal yang baik juga masih terus diajarkan sampai sekarang, padahal mungkin kita tidak tahu hal apa saja yang dilakukan demi penaklukan.
Tidaklah salah setiap orang atau kelompok merasa paling hebat, ia akan jadi salah apabila ada satu kelompok yang merasa hebat hingga "mengharuskan" tafsirannya jadi satu-satunya rujukan di tengah-tengah kelompok besar yang majemuk. Singkatnya, Majapahit berhasil menyatukan Nusantara namun tidak kekal dan berakhir dengan keruntuhannya akibat konflik internal.Â
Akhirnya setelah lepas dari Majapahit dan lama kerajaan-kerajaan Nusantara berdiri sendiri melawan para "penjajah", munculah tokoh ikonik negeri ini membawa gagasan yang sama persis, dengan gaya yang hampir sama layaknya seorang patih, membawa ide Neo-Nusantara (Indonesia).Â
Berbagai harapan-harapan baik bagi seluruh golongan dilantunkan untuk menarik perhatian pemuda-pemudi Nusantara agar mau seiya dan sekata melawan penjajah demi Indonesia merdeka.