Mohon tunggu...
Hendra Paletteri
Hendra Paletteri Mohon Tunggu... -

saya senang dengan kesendirian. tenang dengan keheningan.. dan saya masih disini menunggu seorang (istriku) memberiku kabar..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahasiswa dan Revolusi Gerakan

8 November 2014   23:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:17 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto :republika.co.id dan  nasional news.viva.co.id)

Mahasiswa sebagai ujung tombak dan penerus bangsa ini dimana mahasiswa diartikan sebagai orang yang terpelajar, masyarakat ilmiah dan juga pejuang bagi masyarakat, fungsi mahasiswa adalah agent of change, individu yang dapat merubah tatanan menjadi lebih baik dan pro terhadap rakyat kecil selanjutnya mahasiswa sebagai social of control dimana gejala sosial yang dapat menimbulkan masalah sosial dimasyarakat, mahasiswa harus hadir mengawal kasus tersebut agar dampaknya tidak menjadi wabah sistemik dimasyarakat yang dimana masyarakat kecil yang menjadi tumbal oleh para pejabat serta mafia dari golongan kapitalism atau dengan kata laian mahasiswa harus menjadi penyeimbang antara low class dan high class mahasiswa berada pada middle class antara kaum proletar dan kaum borjuis selanjutnya sebagai moral of force distiap darah mahasiswa terdapat nilai-nilai (moral) yang harus tetap dijaga dimana perbuatan yang menyimpang harus dijauhi, mahasiswa harus menjadi teladan yang baik untuk masyarakat.

Dalam gerakan mahasiswa kekinian itu cenderung menghasilkan gerakan konfrontasi ,gerakan anarkisme dimana ruang diskusi dan dialog tidak lagi menjadi subtansi asalkan ban sudah terbakar pertanda bahwa perang sudah dimulai. Kaidah dalam berdemonstrasi itu telah dilanggar, dan masyarakat tidak lagi simpatik terhadap gerakan mahasiswa melainkan marah, kesal karena aksi demonstarsi menutup ruas jalan yang menjadi akses semua masyarakat, dimana masyarakat menganggap tidak lagi terwakili tetapi tertindas dengan ulah mahasiswa yang katanya membela rakyat

(foto : makassar antaranews.com)

Trust itu kemudian hilang dimata masyarakat mahasiswa telah dicap sebagai biang kemacetan dan kerusuhan, harusnya revolusi gerakan mahasiswa menjadi hal yang menarik dibedah oleh semua kalangan utamanya mahasiswa, kenapa tidak di setiap aksi mahsiswa pasti berhadap-hadapan dengan aparat kepolisian dan tni serta pengendara mobil atau motor yang notabene mereka adalah masyarakat yang kalian perjuangkan haknya bukan malah mejadi lawan ini akan menjadi bahan tertawaan oleh para elite yang mempunyai sejuta kepentingan.

Sangat ironi memang ketika berita dimedia elektronik mahasiswa vs masyarakat, lohkog jadi begini mana kawan mana lawan, mana yang diperjuangkan mana pejuang,harusnya ditahun 2014 mahasiswa sudah memikirkan tentang revolusi gerakan ini bukan lagi era orde baru dimana mulut semua aktifis dibungkamdan diculik satu persatu hingga tak ada lagi suara kritis dari corong megafone di era ini hak bependapat itu dilindungi oleh hukummasalah tidak lagi diselesaikan dengan cara barbar atau cara perimitif tetapi ruang dialog dan diskusi yang menjadi wadah untuk menyatukan pahaman dan pandangan terhadap masalah, apakah aksi tutup jalan, anarkis dan lempar melempar akan menjadi warisan kepada mahasiswa baru ataukah revolusi gerakan yang menjadi hadiah buat calon aktifis (parlemen jalanan) ini menjadi bahan pikir kita semua agar disetiap gerakan mahasiswa tak ada lagi stigma negatif lahir dimasyarakat bahwa mahasiswa sumber kemacetan atau kerusuhan, saya mengira pepatah lama masih berlaku diera sekarang “ujung lidah lebih tajam dari pada pisau” begitulah ungkapan pribahasa yang dimana dialog haru lebih dikedepankan dari pada kontak fisik yang akan menimbulkan korban.

Revolusi gerakan mahasiswa harus tetap digaungkan agar menjadi terending topik dikalangan aktifis kita harus memikirkan gerakan yang yang tepat sasaran guna tujuan gerakan itu terwujud atau dengan kata lain aspirasi mahasiswa didengar dan menjadi bahan rekomendasi dalam mengeluarkan kebijakan, bukan didengar dietelinga kanan dan keluar ditelinga kiri hal seperti ini yang kita tidak inginkan dalam sebuah aksi demonstarasi, apalagi birokrasi pada hari ini sudah dituntut meningkatkan pelayanan publik segala bentuk apirasi harus mereka terima kan namanya juga pajabat publik. Jadi revolusi gerakan harus mengedepankan dialog untuk menciptakan kesepahamanmasalah antara mahasiswa-eksekutif-legislatif-yudikatif guna kepentingan masyarakat

Mengubah metode demonstarsi merupakan hal yang subtansi agar perjuangan teman-teman mahasiswa tidak sia-sia karena disetiap gerakan ada saja yang mengambil keuntungan,banyak gerakan hari ini diperjual belikan istilah 86 ditempat sudah tidak menjadi tabuh lagi, strategi gerakan yang bocor ke aparat kepolisian karena aktivis hari ini lebih senang bergaul dengan polisi, tni dan pejabat artinya apa bahwa gerakan hari ini tidak murni lagi selama gerakan tersebut disusupi oleh mereka yang punya kepentingan individu atau kelompok, istilah soal bocor pada saat minus 1 hari aksi demonstrasi akan dilaksanakan ini sudah lumrah (bukan rahasia) harusnya teman mahaiswa sudah mulai merevolusi gerakannya jika ingin betul-betul dipandang sebagai parlemen jalanan bermartabat serta mempunyai moral dan etika dan tidak mengedepankan emosi tetapi akal pikiran yang menjadi senjata pamungkas untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan.

Dan kembalikan nama harum dan kejayaan mahasiswa di tahun 2014 kami rindu dengan gerakan eksponen 66,aktivis 98 serta sosok so hok gie yang begitu menjadi teladan dan panutan buat para mahsiswa indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun