Mohon tunggu...
Hendra Paletteri
Hendra Paletteri Mohon Tunggu... -

saya senang dengan kesendirian. tenang dengan keheningan.. dan saya masih disini menunggu seorang (istriku) memberiku kabar..

Selanjutnya

Tutup

Politik

1 Milyar dan 1,3 Triliun; Sebuah Pembungkaman

30 November 2015   08:36 Diperbarui: 30 November 2015   17:06 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini lahir dari kegelisahan Kader yang melihat ada  ketidak adilan dalam pemberitaan media tentang beringasnya Kader HMI Menuju Kongres “Tiket Gratis”, “Habis Makan Ilang’ Rusuh di arena Kongres sampai dengan alokasi anggaran 3 M yang di muat beberapa media cetak dan online menstream di negeri ini dan juga berbagai keritikan, kontra terhadap anggaran yang baru masuk rancangan oleh Pemerintah Lewat APBD sebesar 3 M untuk keberlangsungan Kongres (Bantuan social) dimana seluruh pemerhati bangsa,

Intelektual (Ngakunya) Menolak Alokasi dan 3 M karena di anggap mengahambur2kan Anggaran yang tidak sebanding dengan anggaan penanggulangan kabut Asap yang hanya berkisar 1 M (berita media) seruan ini mengalir lewat media social untuk memblok dana 3 M adalagi yang ekstrem dimana seruan untuk #bubarkanHMI.

Tetapi ini bukan hambatan untuk HMI maju dan melahirkan para generasi penerus bangsa agar indonesia hari ini tak lagi kehilangan arah, karena berbicara HMI berbicara tentang Indonesia dan Keislaman, berbicara tentang ideology bangsa dan berbicara tentang Tantangan terbesar bangsa indoensia dan juga solusi baginya.

Sejak berdiriya HMI pada tahun 1947 2 tahun setelah kemerdekaan dimana sejarah HMI pernah mencatat bahwa HMI pernah di issukan untuk dibubarkan pada saat pemerintahan presiden soekarno dan kenyataannya HMI tetap ada sampai dengan hari ini dimana ini sebuah pembuktian bahawa Kader HMI mampu mengawal Indonesia dari dari masa perjuangan melawan penjajah sampai dengan masa perjuangan melawan ideology asing yang menyengsarakan rakyat Indonesia

dimana hari ini banyak di pelopori oleh Bangsa sendiri "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri (Soekarno_pres). Kutipan kata presiden pertama Indonesia seakan hadir dan menciptakn kondisi dimana bangsa indoensia hari ini tidak lagi saling mensupport, tidak lagi memberikan solusi tetapi tidak lebih sebagai bangsa yang rapuh terlihat pada pemberitaan dimana saling menyudutkan dan mencari cari kesalahan, Apakah ini bangsa yang besar?

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya." [Ir. Soekarno, Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961] kurang lebih 60 tahun HMI mengawal indoensia mengisi kemerdekaan ini dengan menyumbangkan kader terbaiknya untuk kemajuan bangsa, sesuai dengan tujuan organisasi “ Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi dan bertanggung jawab yang bernafaskan islam demi terwujudnya masyarakat adil, makmur yang ridhai allah swt” begitulah bunyi kutipan tujuan HMI,

banyak kader HMI yang sudah berjasa demi Indonensia tak terhitung jumlahnya dari tingkat pusat sampai dengan level [caption caption="Produk anak Bangsa Vs Produk Asing"]

[/caption]kabupaten sebagai organisasi Mahasiswa terbesar di Indonesia tentu HMI sampai hari ini tetap bisa tetap eksistensi sebagai lembaga kekaderan yang independennya masih terjaga dan tetap utuh bukan karena sesuatu yang instan terlihat dengan jumlah cabang HMI seindonesia itu sudah mencapai 109 cabang yang dimana cabang tersebut memiliki 30 komisariat tingkat kampus. tentunya anggaran 3 M untuk membiayai kongres HMI di pekanbaru Riau yang dihadiri 5000 ribu kader HMI seindonensia itu tidak sebanding dengan dengan Anggaran Helikopter Presiden Jokowi seniali 1,3 Triliun (Tribuntimur). Begitu juga yang beritakan

Kompas - PresidenJoko widodo pada pertengahan tahun depan direncanakan tidak lagi menggunakan helikopter kepresidenan jenis lama, yakni Super Puma, produksi tahun 1980. TNI Angkatan Udara akan menggantinya dengan yang baru, yaitu Agusta Westland AW-101. Tentunya ini mmerupakan sebuah pemborosan anggaran dimana ketika rupiah melemah pemerintah malah membelanjakan uangnya keluar negeri hal ini juga tidak sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah dimana helikopter super puma yang diproduksi didalam negeri sebagai karya anak bangsa tidak katinggalan dengan Helikopter jenis agusta westland AW-101,

jika alasannya untuk keamanan ini tentu tidak logis karena yang kita ketahui siapa saja yang menciptakan sebuah karya pasti dia pula mengetahui kelemahan dari hasil ciptaanya (AW-101) apalagi helikopter AW-101 ini adalah produksi asing yang dimana kita ketahui secara bersama kepentingan asing sangatlah besar di Indonesia. harusnya kita terus mensupport karya anak bangsa seperti helikopter super puma jika Negara dalam hal ini mensupport untuk pengembangan Helikopter jenis super puma tentu helicopter ini juga memilki kecanggihan teknologi seperti AW-101, harusnya Pemerintah ditengah krisis ekonomi (melemahnya rupiah) perlu memikirkan hal ini.

Pemberitaan media dan masyarakat pemerhati anggaran juga perlu mengakji hal ini karena nilai dari 1,3 Tryliun itu sebanding [caption caption="Karya Anak Bangsa"]

[/caption]dengan total APBD sebuah daerah selama 1 tahun dimana jika dibandingkan dengan pembelian hellikopter AW-101 itu hanya bisa mengangkut 13 orang sedangkan jika di alokasikan untuk kesejahterann rakyat (pendidikan & Kesehatan) itu bisa membiayai kurang lebih 50 ribu masyarakat Indonesia selama setahun.

Jadi anggaran 3 M untuk kongres HMI di pekanbaru Riau itu sudah sebanding dengan jumlah kader yang datang sebanyak 5000 ribu orang. Tetapi jika dibandingkan dengan pembelian helikopter presiden 1,3 Triliun itu adalah sebuah pemborosan dan tidak melaksanakan amanah peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 dimana setiap pembelian barang & jasa yang bersumber dari APBN dan APBD itu harus menggunkan prouduk dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun