Mohon tunggu...
Hendra Paletteri
Hendra Paletteri Mohon Tunggu... -

saya senang dengan kesendirian. tenang dengan keheningan.. dan saya masih disini menunggu seorang (istriku) memberiku kabar..

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Disabilitas,Inklusi 'Medical model ataukah Sosial model

12 Juni 2015   03:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        

       DISABILITAS menjadi istilah yang baru buat saudara kita yang memiliki sedikit keterbatasan yah di era kepemimpinan baru kebinet baru harusnya lahir pendekatan yang baru pula dengan inovasi yang baru dimana dari segi pendekatan kesehatan bagi penyadang disabilitas itu banyak mengalami diskriminasi bagaimana tidak, model yang dimana pendekatan itu adalah model medical lebih kepada bagaimana melihat dia tampak sempurna, dan sedap dipandang oleh masyarakat dari beberapa diskusi yang kami lakukan ternyata MEDICAL MODEL ini adalah gaya pendekatan calassic yang hanya mempercantik kasingnya bukan kapasitas secara internal para penyandang disabilitas dari hasil diskusi dengan HWDI sulsel mereka merasa tersiksa dengan menggunakan kaki palsu (Tuna Daksa) pendekatan seperti ini melihat manusia sebagai robot yang bisa kapan saja di model dan diperbaiki secara fisik banyak teman disabilitas menyayangkan ini belum lagi hambatan keluarga yang menjadi benteng penghalang bagi disabilitas untuk berkreasi dan berinteraksi karena masih banyak menganggap bahwa ini adalah AIB dan akumulasi Dosa orang tua sehinga melahirkan anak disabilitas.

     UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menekankan hak setiap warga negara untuk memperolah pendidikan sesuai dengan jenjang, jalur, satuan, bakat, minat, dan kemampuannya tanpa diskriminasi arinya apa ini merupakan sebuah kewajiban semua orang dan hak semua rakyat indonesia secara moral kita sebagai orang timur yang menjujung tinggi toleransi dalam pelaksanaan UU ini tidak begitu sulit secara culture kita bangsa yang sangat peduli.

         membangun indonesia dari Desa menjadi jargon kabinet baru hari ini dengan melahirkan UU Desa no.60 tahun 2014 yang dimana semua perencanaan dan penganggaran itu inklusi dimana dalam pengimplementasian program didesa itu semua kelompok marjinal / disabilitas itu tercover didalamnya belum lagi sistem pendidikan hari ini yang mendiskriminasikan mereka masih banyak sekolah yang menagku inklusi tetapi menolak disabilitas artinya apa? apakah mereka hanya menjadi jualan politik saja ataukah mereka tidak dilihat sebagai warga negara yang mempunyai hak, paradigma ini yang harus diubah menyadarkan diri kita, memberikan pemahaman kepada keluarga disabilitas dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi disabilitas untuk mengenyam pendidikan layaknya kita semua dan ini menajdi PR kita bersama pemerintah khususnya!

       SOSIAL MODEL menjadi solusi dimana membangun metal dan rasa percaya diri disabilitas bisa membantu mereka untuk berdaya, mandiri dan berinterkasi layaknya masyarakat pada umumnya serta pelekatan disabilitas buat mereka bukan lagi pelabelan yang kita lakukan yang bisa membuat mereka semakin terpuruk, kegiatan pembangunan kapasitas, pelatihan yang ditunjang dengan fasilitas serta pasar membuat mereka semakin berdaya dan mampu untuk tersenyum sebagai kado ulang tahun buat indonesia

mereka butuh support, mereka butuh kesempatan pengeyam pendidikan, mendapatkan pelayanan kesehatna dan juga pengakuan sosial bahwa DISABILITAS punya hak.

       Pelabelan dimasyarakat yang melahirkan stigma negatif menjadikan mereka merasa minder sampai kehilangan kepercayaan diri karena masyrakat menajuhi mereka ini yang harusnya menjadi fokus kita artinya di tahun 2015 dengan adanya UU no 11 tahun 2012 tentang penyadang disabilitas membuka mata kita bahwa mereka sama dan setara dengan kita semua sebagai rakyat indonesia yang berdaulat dan mempunyai hak yang sama dari segi pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pembangunan yang responsif terhhadap disabilitas yah pelabelan menjadi momok yang menakutkan buat mereka jika berada di tengah masyarakat dimana masyrakata pada umumnya memanggil dia dengan kata yang tidak manusiawi dan tidak beretika memandang dia sebelah mata dari semua aspek karena melihat keterbatasan fisik yang dimiliki tetapi pandangan ini keliru terhadap disabilitas ingat manusia dimuka bumi ini tidak ada yang sempurna dan semuanorang akan mengalami penurunan fungsi panca indera pada usia tertentu (lansia) artinya apa kita semua akan menuju kepada titik disabilitas pada waktunya.

DISABILITAS merupakan penamaan buat teman kita yang memiliki sedikit keterbatasan baik dari segi fisik, metal dan fungsi panca indera dimana hakikat pendidikan memanusiakan manusia kita sebagai manusia terdidik harusnya menerapkan budaya saling menghargai bukan saling merendahkan mereka hanya butuh pengakuan sosial mereka hadir tidak untuk dikasiani tapi mereka hadir karena mereka dijamin oleh negara sesuai dengan amanah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menekankan hak setiap warga negara untuk memperolah pendidikan sesuai dengan jenjang, jalur, satuan, bakat, minat, dan kemampuannya tanpa diskriminasi artinya inklusi disemua jenjang pendidikan didalam UU No. 4 Tahun 1997 pasal 12 juga menegasakan bahwa "mewajibkan lembaga-lembaga pendidikan umum menerima para difabel sebagai siswa tidak ada alasan lagi bagi penyelenggara pendidikan untuk menjadikan sekolah mereka inklusi bahwa mereka adalah rakyat indonesia yang segala kebutuhan dasar itu menajdi tanggung jawab negara, tugas kita apa sebagai manusia terdidik? yah memberikan support, membiasakan prilaku yang responsif dan aktif ketika melihat teman disabilitas dalam beraktivitas serta menjadikan dia mitra  sesuai dengan skill yang dimiliki.

mari merenung sejenak jika kita berada diposisi mereka.

hanya kata DISABILITAS yang pantas kita lekatakan..

semua sektor harus betul-betul INKLUSI...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun