Manajemen risiko dapat disebut sebagai suatu konsep yang terus berkembang dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Baik akademisi maupun praktisi di dunia telah sepakat bahwa integrasi merupakan sebuah solusi yang harus dilakukan oleh organisasi dalam mengimplementasikan manajemen risikonya.
Organisasi internasional seperti The Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission (COSO) dan International Organization for Standarization (ISO) bersama kompak merevisi framework (COSO) dan standard (ISO)-nya, di mana fokus dalam revisi tersebut adalah mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
Itu artinya, terjadi pergeseran dari pendekatan manajemen risiko yang silo (bolt-on) menjadi manajemen risiko yang terintegrasi (built-in). Jika integrasi merupakan hal utama yang harus dilakukan oleh organisasi, lalu bagaimana melakukannya? Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah membangun budaya risiko di dalam organisasi.
Keuntungan Budaya Risiko
Secara singkat, budaya risiko berarti bagaimana cara sebuah organisasi mengelola dan merespon risikonya. Dengan begitu, budaya risiko yang kuat menggambarkan kondisi dimana telah tercipta sebuah lingkungan di dalam organisasi yang memandang risiko organisasi sebagai risiko bagi seluruh pihak di dalamnya.
Terutama, adanya pemahaman bersama atas selera risiko (risk appetite) yang telah ditetapkan oleh organisasi. Artinya, segala keputusan bisnis organisasi yang dilakukan dari level strategis sampai level operasional selalu merujuk pada risk appetite yang telah ditetapkan tersebut, mengambil risiko yang sesuai dengan kapasitas organisasi.
Lalu apa keuntungannya? Ternyata, budaya risiko yang kuat memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi karena dapat mendukung organisasi dalam memanfaatkan peluang-peluang tanpa 'menggiring' organisasi berhadapan dengan risiko-risiko yang membahayakan organisasi itu sendiri.
Dengan kata lain, organisasi dengan budaya risiko yang lemah memberi dampak negatif terutama harus berhadapan dengan risiko yang besar, yang mungkin mengancam keberlanjutan organisasi.
Manajemen Risiko yang Tailored
Pada dasarnya melalui budaya risiko, seluruh pihak dalam organisasi akan mendapatkan manfaat karena mereka akan secara natural menyadari, memahami, dan melekatkan pengelolaan risiko pada setiap aktivitas yang dilakukan. Seluruh pertimbangan dan keputusan yang diambil harus selalu berbasis risiko.
Pada sektor pemerintah, United Kingdom (UK) dapat dijadikan rujukan sebagai negara yang berhasil membangun budaya risiko dalam implementasi manajemen risikonya