Mohon tunggu...
Andi Harianto
Andi Harianto Mohon Tunggu... Freelancer - Kesederhanaan adalah kekuatan

Tinggal di Kota Kecil Bantaeng, 120 Kilometer, arah Selatan Kota Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menangani Bulan Penuh Sampah Bersama Binatang

9 Agustus 2011   13:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:57 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apa yang bertambah saat Ramadhan datang? tentu terharap bertambahnya iman. Bagi muslim, Ramadhan menjadi ajang berburu amal. Banyak juga dari kita, termasuk keluarga saya, menjadikan Ramadhan justru ajang berburu makanan. Jenis makanan bertambah, penganan berbuka menjadi beraneka ragam rasa, warna dan kemasan.

Gambar: http://kristal-kecil.blogspot.com/

Serasa ada yang keliru, abai dari perhatian kita. Puasa yang seharusnya bermakna menahan, menjadi kebablasan. Seharusnya berhemat malah boros. Hitung saja berapa pengeluaran kita tertuju pada makanan saat sebelum ramadhan. Hayo! segerahlah ambil kalkulator. Yakin saya akan bertambah.

Segala makanan serasa ingin dijebloskan saja ke lambung. Kenyataannya, perut yang tak selebar daun kelor ini tak kuasa menampungnya. Banyak yang bersisa, bahkan terbuang. Masalah lain adalah sampah. Sampah basah ataupun kering juga pasti bertambah berkali-kali lipat. Seolah Ramadhan dijadikan bulan penuh sampah.

Petugas pembuang sampah di rumah, adalah saya. Setiap hari sampah menumpuk.Problemnya, kompleks kami terbilang baru di kota saya. Sarana penampungan sampah belum ada, apalagi armada pengangkutannya. Setiap warga membuang sampah dengan caranya masing-masing. Ada yang harus memboncengnya dengan motor ke area penampungan yang jauh jaraknya, juga ada yang membuangnya serampangan, tak bertanggung jawab.

Masalah sampah ini sudah sering dikeluhkan ke Pak Lurah, terutama saya yang berposisi rumah di bagian ke tiga dari ujung. Bukan apa-apa, beberapa warga membuang sampahnya di got.Karena saya di bagian ujung, pastilah saya ketiban sial sampah kiriman itu. Saat rapat RW berapa bulan lalu, saya sudah unjuk protes. Sebelum ramadhan, kapasitas sampah selokan sudah berkurang, tetapi kini mulai bertambah lagi.

Jikalau saya meradang, tetangga yang rumahnya paling ujung, malah lebih meradang bercampur dongkol bin ngomel. Tanah kosong di samping rumahnya jadi area pembuangan sampah. Bau tak sedap tentu Ia nikmati saat angin semilir sore yang harusnya sejuk, bertiup tak sedap ke celah jendelanya. Berulang kali dia protes, tetap saja ada yang membuangnya diam-diam saat tengah malam atau subuh hari. Intensitasnya kembali bertambah saat ramadhan ini.

Janji Pak Lurah sih, bulan depan sudah akan disediakan penampungan sampah. Semoga sajalah janji itu tak hanya manis di mulut. Kalau pun tak segera terealisasi, saya sudah bisa menangani sampah saya sendiri. Dijamin tak ada sampah yang bertebaran di halaman rumah, juga tak bakal ada yang membusuk. Walau kelimpungan saat ini, tetap sampah bisa tertangani baik, setidaknya sampai hari ke delapan puasa ini.

Bagaimana cara saya? Saya berkawan dengan binatang, rerumputan dan tanaman hias. Bersama mereka saya bekerja mengolah sampah. Ramadhan penuh berkah, termasuk berkah kepada kucing, anjing, semut, ayam dan kambing. Karena binatang tak berpuasa, jadilah keberkahan makanan itu lebih banyak buat mereka.

Kok, binatang bisa mengolah sampah!? Jangan berhenti membaca, ikuti kisah dan tipsnya.

Kompleks perumahan saya terletak di luar kota. Developer sepuluh tahun yang lalu telah membuka area rumah murah untuk segolongan orang yang berpenghasilan rendah seperti kami. Kompleks itu terletak di sekitar bukit berbatu dan kebun-kebun warga asli. Jadilah area perumahan dihuni beberapa jenis binatang seperti kambing dan anjing kampung. Beberapa warga juga beternak ayam, saya sendiri memelihara dua ekor kucing garong. Satu belang dan satunya lagi putih bersih.

Rasain Lo, terjepit! Sudah di pagar masih saja ngotot makan daun muda.

Karena saya memuliakan tanaman hias, saya sebenarnya membenci kambing. Sudah beberapa kali tanaman kesayangan saya diembat makhluk berjenggot sok alim itu. Belakangan saya bersahabat, karena sampah basah berupa potongan sayur, apalagi kangkung sangat digemari kambing-kambing sialan itu. Jadilah sampah sayur tertangani.

Bagaimana dengan sisa-sisa makanan berupa nasi, kepala ikan, dan penganan berbuka? Anjing, kucing, ayam, ulat, ngengat dan semut siap membantu. Tulang ikan sudah pasti menjadi sampah favorit buatku, malah kalau tak ada tulang, sesekali saya mencuri sedikit daging ikan untuk kucing malas saya. Sudah tentu si meong akan lahap menyantapnya.

Sisa makanan kucing, saya letakkan di luar pagar, diantara rerumputan dan pohon kersen yang sementara bertumbuh. Maksudnya, biar tak mencolok. Tunggu saja tengah malam datang, Anjing liar pemburu tikus pemilik kebun di belakang rumah, akan datang bertandang. Kenapa saya letakkan di luar pagar, biar anjing tak mengganggu kucing penakut saya.

Dasar Anjing Cani Lupus! Nama latinnya keren, tetapi cara makannya berantakan. Di sajikan baik-baik pun, dia anggap sebagai makanan curian. Makanan buatnya banyak terhambur. Tapi, tenang saja, sebelum mentari bersinar, ayam-ayam tetangga berikut rombongan anak-anaknya akan mencicit-mencakar-cakar, memungut remah-remah sampah itu.

Masih tersisa? ada semut, ngengat dan bakteri yang siap mengurai. Jadilah tanaman kersen saya subur karena bertanah gembur. Sampah yang biasa mengganggu, adalah sampah berair, bekas kuah penganan, cucian beras, saus, air sayur dan air ikan. Kalau air-air an begini, itu berkah buat tanaman kesayangan. Airnya saya siramkan ke tanaman, kemudian merasap tak berbekas ke dalam pot.

[caption id="attachment_123740" align="aligncenter" width="640" caption="Si Cantik Adelia, Subur karena air sayur dan cucian beras"][/caption]

Tahukah Anda, cucian beras berperan menyuburkan tanaman. Penyedap rasa yang terkandung dalam air sayur dan ikan juga menggeburkan tanah. Air-air itu menjadi pupuk alami. Lalu, bagaimana dengan sisa penganan berupa kue, pisang, es buah dan sejenisnya? letakkan saja di sekitar tanaman. Kelak makanan yang telah dibuang mubasir itu akan jadi penyubur. Dosa kemubasiran setidaknya bisa berkurang.

Kalau sisa-sisa buah dan sayuran itu menumpuk, saya cukup menggali tanah dan menimbunnya bersama daun-daun kering. Semoga saja, saya tak menggali halaman saya untuk sampah-sampah itu sampai Ramadhan berakhir. Saya sudah berpesan kepada Nyonya rumah saya, agar makanan dibeli dengan takaran secukupnya.

Kasianlah tuan rumah seperti saya, harus tiap pagi jongkok di halaman menggali tanah. Mirip kucing yang akan buang hajat.

Lalu, Sampah Plastik Bagaimana?

Celaka! sampah plastik, yang walau ditawarkan sopan ke kambing tetap ia emoh memakannya. Anda tahu, sampah plastik ini berbahaya. Kata ilmuwan, plastik baru bisa diurai oleh tanah setidaknya setelah 50 tahun. Kalau pun terurai, plastik-plastik ini akan mencemari tanah. Jikalau di bakar, merusak lapisan ozon, dan jikalau terhirup dalam kadar tertentu bisa menyebabkan kanker. Wah!

[caption id="attachment_123743" align="alignleft" width="300" caption="Gambar:http://catatan-gume.blogspot.com/2010/07/jangan-menimbun-dan-membakar-sampah.html"][/caption]

Saya sudah menyarankan juga ke Ibu anak saya, agar jikalau membeli penganan jangan beli dengan kresek plastiknya. Bawalah rantang, biar kresek tak menumpuk. Saya pernah membeli pisang ijo dan jalan kote. kedua penganan berbuka ini, makanan tradisional favorit di Makassar saat puasa. Bayangkan, hanya dua jenis penganan itu yang saya beli, krekseknya ikut berjubel.

Satu kresek untuk pisang ijo, satunya lagi untuk jalan kote. Kuah pisang ijo juga memakai kresek, sirupnya juga. Saus jalan kote, pula demikian. Ketika semua disatukan, ternyata masih butuh wadah kresek yang lebih besar. Dari dua jenis makanan berbuka itu saja, terdapat 6 lembar kresek. Bayangkan kalau satu bulan, bisa mencapai 180 kresek.

Itu belum termasuk kresek untuk makanan lainnya. Juga belum termasuk kantong plastik untuk baju lebaran Anda. Sangat banyak. Lalu, bagaimana kalau tetangga-tetangga saya juga membeli makanan seperti saya? jadilah kompleks saya akan bertaburan kresek yang bakal meracuni tanah, air, dan udara kita.

Sungguh, untuk solusi sampah ini membingungkan buat saya. Satu-satunya cara, hanyalah dengan mengatakan TIDAK untuk si kresek. Kalau pun tak bisa dihindari, terpaksa saya merusak lapisan ozon dengan membakarnya, bersama sampah kertas lainnya. Sampai kapan itu akan terjadi, kita semua butuh solusi baik untuk menangani masalah ini.

Kepada semua kucing, kambing, ayam, anjing, semut, ngengat dan ulat di seluruh Indonesia, saya mengucapkan selamat mendapat berkah makanan ramadhan. Terimakasih atas semua bantuannya, telah menangani sampah negeri ini yang semakin tak terkontrol. Selamatkan bumi dan hijaukanlah. Tanganmu adalah Sumber Air dan Nafasmu Udara Segar.

[Telkomsel Ramadhan***]

Bantaeng, 9 Agustus 2011

[caption id="attachment_123744" align="aligncenter" width="720" caption="Perhatian! Ini tak berhubungan dengan tulisan. Lucu saja, Kucing mengerami telur ayam."][/caption] Sumber Gambar Di Atas: http://crazyhidra.wordpress.com/2011/03/01/kucing-bertelur-mungkinkah-kiamat-sudah-dekat/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun