Mohon tunggu...
Andi Harianto
Andi Harianto Mohon Tunggu... Freelancer - Kesederhanaan adalah kekuatan

Tinggal di Kota Kecil Bantaeng, 120 Kilometer, arah Selatan Kota Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Lemang Khas di Sulsel, Aslinya dari Sumut

23 September 2010   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:02 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Catatan Mudik ke 3

[caption id="attachment_266278" align="alignleft" width="276" caption="Lemang"][/caption]

Stres biasanya dilampiaskan dengan rakus melahap aneka makanan, Kalau saya stres justru lain, jadinya malas makan. Jujur saja, pemberitaan akhir-akhir ini cukup membuat hatiku dongkol. Kisruh dengan Negara tetangga, saya jengah dengan sikap pemimpin kita yang lembek bak kue bolu. Tentang kasus pembakaran Al Qur’an dan penusukan pendeta HKBP, saya juga stress.

Kok, kedamaian gampang amat terkoyak. Emang Al Qur’an itu ayam bakar dan pendeta mulia itu harus ditusuk kayak sate ? Biadab. Kabinet mau diresufle, resufle aja itukan hak presiden. Tapi tolong ini bukan bagi-bagi kue jatah kekuasaaan. Kini teroris yang dikaitkan dengan perampok CIMB marak jadi headline. Densus 88 jadi favorit, se-favorit pisang ijo waktu puasa dulu. Teroris terus diburu dan ditembak mati,dan terputuslah usianya untuk menikmati kue tar ulang tahunnya.

Nah, karena semua ini saya mau bercerita saja tentang makanan, biar rasa jengah terobati dan stress tidak membatu. Nafsu makan pun bangkit. Masih ingat Film Kasih Tak Sampai ?, Sitti Nurbaya kekasih Samsul Bahri dalam kisah dibunuh licik Datuk Maringgih dengan Lemang beracun. Film ini 4 kali aku pelototi, saya sangat suka, ceritanya romantis, begitu manis dan mengharukan. Persepsi ku tentang lemang kesukaanku itu, berubah. Ternyata Sitti Nurbaya juga memakan Lemang, dan saya tahu Sitti Nurbaya adalah tokoh yang bukan dari Sulawesi. Muasal hadirnya Lemang di kampungku, tak aku tahu sejarahnya. Tetapi jikalau coba dihubung-hubungkan, orang Sulawesi memang sangat dekat secara emosional dengan Pulau Sumatera.

Penyebar Islam di Sulawesi Selatan berasal dari Aceh dan Minangkabau. Yang paling terkenal memuslimkan kerajaan-kerajaan di Sulawesi adalah tokoh tiga Datuk, yaitu Datuk Patimang, Datuk Ditiro dan Datuk Ribandang. Mengapa pula Lemang hanya disajikan pada saat lebaran. Mungkin, karena para penyebar Islam inilah yang membudayakannya. Sejarah karanganku ini tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena belum ada literature sejarah yang mendukungnya, saya hanya menebak dan menghubung-hubungkannya. Jikalau benar, maka tebakanku jitu dan jikalau salah, maka saya akan menemukan kebenaran berangkat dari kesalahanku.

[caption id="attachment_266279" align="aligncenter" width="500" caption="Kepulan asap saat lemang di bakar"][/caption]

Lemang yang adalah penganan khas Sumatera Utara itu, terbuat dari beras ketan putih atau hitam. Lemang hitam adalah favoritku, campuran santan dan sedikit garam yang menjadi bahan pembuatan lemang, telah cukup membuat lidah ini selalu merindu disaat lebaran tiba. Lemang, memang musiman, setidaknya di daerah Sulawesi Selatan. Hanya saat lebaran tiba, tradisi membakar lemang ini menghiasi halaman rumah penduduk desa, sehari menjelang lebaran. Membakarnya pun seolah serempak dilaksanakan menjelang waktu berbuka.

Asap mengepul, Ibu-ibu sibuk mengipas-ngipas bara, para bocah berjingkrak-jingkrak di sekitarnya. Anak-anak itu bermain diantara kepulan asap dan aroma harum lemang yang keluar dari celah-celah bambu. Bambu yang kira-kira berdiameter 5 cm dan panjang sekitar 45-50 cm adalah media membakar lemang ini. Khusus di kampung saya, di desa MattirowaliE, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Lemang tidak disajikan saat lebaran Idul Fitri. Lemang jadi trend di lebaran Idul Adha, karena sangat tepat dipasangkan dengan daging sapi kurban. Kalau Idul Fitri, penganan khas kampung saya adalah buras ditemani popor ayam. Cerita tentang lemang ini berangkat dari penyaksian saya di Kabupaten Jeneponto, daerah yang saya lalui ketika kembali dari udik.

Jeneponto memang unik dalam hal penganan musimannya. Sewaktu berangkat mudik, yang saya saksikan adalah jejeran penjual daging kuda di pinggir jalan untuk masakan hari lebaran. Sepulangnya, lapak-lapak pinggir jalan itu berganti dengan jejeran penjual yang sementara membakar lemang-lemangnya.Ternyata lemang di Jeneponto trend di waktu idul fitri. Entah di daerah asalnya juga demikian. Awalnya saya menklaim, bahwa lemang adalah masakan asli Sulawesi. Setelah mencari-cari di Wikipedia ternyata penganan khas Indonesia ini berasal dari Sumatera Utara. Di Aceh, juga penganan ini banyak disajikan saat lebaran tiba. Di Tanah Karo, Lemang juga disebut rires. Kalau di kampung (daerah Bugis) saya di sebut Lemmang, di Jeneponto Lammang dalam bahasa Makassar. Tetap mirip dengan nama aslinya.

[caption id="attachment_266281" align="aligncenter" width="500" caption="Daeng Caya, Ibu penjual membungkuskan lemang buatku"][/caption]

Penasaran dengan lemang, sepulang mudik saya silaturrahim dengan salah satu kawan yang berasal dari Jeneponto. Daeng Lallo, kawanku itu juga mengklaim lemang itu asli berasal dari kampungnya. Saya tidak mengungkap hasil pencarianku, bahwa lemang itu dari Sumatera, khawatir dia kecewa, dan saya tidak mendapatkan cerita tentang lemang. Memang kampung Daeng Lallo ini adalah penghasil lemang berkualitas istimewa. Nama kampungnya Rumbia. Daeng Lallo ini mirip-mirip orang Malaysia yang mengklaim batik dan tarian asli Indonesia sebagai budayanya (he he he).

Di Rumbia inilah kata Daeng Lallo, penghasil lemang paling baik. Ceritanya, Bambu sebagai wadah lemang harus dari bambu pilihan. Usia bambu tidak terlalu muda karena lemangnya akan menjadi lunak, dan juga tidak terlalu tua karena bisa jadi lemangnya berbau asap. Makanya lemang di Jeneponto musiman, karena bambu sebagai wadahnya harus ditunggu sampai usianya cukup. Kira-kira usianya setahun, pas ketika lebaran Idul Fitri tiba. Adapun santannya yang dari kelapa tua pilihan, harus dimasak dulu sampai mendidih kemudian dicampur dengan beras ketan. Dibungkus daun pisang, setelah itu dibakar selama kurang lebih tujuh jam. Hasilnya, lemang terbaik berciri empuk, tidak mudah basi dan beraroma harum.

[caption id="attachment_266283" align="aligncenter" width="500" caption="Lapak-lapak penjual lemang di sepanjang jalan Jeneponto"][/caption]

-----------

Jalur Mudik yang saya lalui dari Kabupaten Bantaeng menuju Kampungku di Kabupaten Bone Sulsel, yaitu Kab. Jeneponto- Kab. Takalar - Kab. Gowa- Kota Makassar- Kab.Maros-. Jaraknya sekitar kurang lebih 250 Kilometer. Penat pinggul ini, hingga tiba di kampung setelah seharian berkendara sepeda motor (Pukul 7 Pagi berangkat pukul 20.00 malam tiba).

------------

Foto : Dokumentasi Pribadi

Link Catatan mudik sebelumnya:

Catatan Mudik 1: Mudik Dahsyat Berkubang Lumpur

Catatan Mudik 2: Tradisi Unik Berejama’, di Kampung Lita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun