[caption id="attachment_156132" align="alignright" width="381" caption="Mekarnya Wijaya Kusuma Kini di Bulan Januari"][/caption] Hujan lebat, kilat dan petir semakin tak bisa diprediksi kini, sebagai akibat adanya pumpunan angin yang terus memanjang di garis khatulistiwa Indonesia. Lapisan troposfer yang awalnya 13 km, kini ketebalannya menjadi 17 km. Semua ini akibat proses global warming. Gelombang setinggi 4 meter, terus menggempur pesisir pantai Indonesia, demikian beberapa amatan para ahli menanggapi perubahan musim yang semakin ekstrem.
Sebagai pemulia tanaman hias, saya pun mengamati sesuatu yang drastis berubah. Bunga Desember yang harusnya mekar bulat memerah di akhir tahun, kini berubah ke awal tahun dibulan Januari.
Dedaunan Bunga Desember tak lagi tumbuh normal akibat paparan panas yang cukup tinggi serta curah hujan yang menggempurnya tak teratur. Beberapa ngengat sebagai hama kadang bertengger manja melubangi daun hijaunya. Jadilah saya memisahkannya ke atas lemari sepatu demi menghindari hujan yang bisa menggugurkan bunganya.
Kerena musim, mungkin kelak Bunga Desember akan berubah nama menjadi bunga Januari atau mungkin bahkan bunga Oktober. Bisa pula tak berubah nama, seperti misalnya Pasar Senen yang kini tak hanya pada hari senin saja pasar itu bergeliat, tetapi sepanjang hari. Terbayang, jikalau Bunga Desember berbunga sepanjang bulan seperti indahnya bunga Dahlia tentu akan semakin memikat, tetapi mungkin menjadi pertanda kiamat bakal datang.
Bunga Wijaya Kusuma yang dikenal langka dan penuh misteri, juga biasanya mekar di Bulan Desember. Tanaman yang konon harus dipetik calon raja saat akan dilantik di zaman bahulea itu, ternyata mekar pula di bulan Januari. Duh, ternyata tanama juga ikut terimbas ekstrimnya cuaca saat ini. Si Putih Wijaya Kusuma yang hanya mekar dan harum mewangi di tengah malam ini, menjadi semakin misterius.
Tak hanya itu, si cantik Adelia pun turut berubah bunga. Seperti gadis, jadwal tamu tak diundangnya tak berjalan periodik. Adelia yang berkelopak merah jambu itu dulunya mekar di bulan Juni, tetapi di bulan Desember kemarin bunganya kembali mekar mengundang serangga penyerbuk datang mengawinkan. Sayang, bunga menggemaskan itu, hanya muncul setajuk – tak seperti di bulan Juni kemarin yang kelopaknya memenuhi banyak liukan tangkainya.
[caption id="attachment_156101" align="aligncenter" width="640" caption="Si Cantik Adelia, Berbunga Juni kini Mekar di Bulan Desember"]
Lagit terang dengan jutaan bintang, kadang tiba-tiba tertutup awan hitam yang tak lama berselang akan muncul hujan lebat. Sebaliknya, mendung juga tak selamanya berarti hujan. Seperti malam dan sore kemarin, matahari yang mulanya sangat menyengat kemudian berubah menjadi mendung hingga malam tiba. Sampai pagi, tak setitik pun air turun kecuali air keringat dari rasa gerah karena kepanasan. Deodoran, perlu rutin menemani ketiak kita saat ekstrim sekarang ini.
[caption id="attachment_156117" align="alignleft" width="349" caption="Bunga Merah Desember mekar Bulan Januari"]
Tentu, kita berharap siklus itu tak berhenti sejenak yang dulunya pernah membuat Dinosaurus jutaan tahun lalu terkubur menjadi fosil. Semoga siklus mekarnya bunga Desember tetap riang dinanti di bulan seperti namanya.
Tak pula kita harapkan benua bakal bergeser jauh, juga tak terharap tanah surga tropis negeri ini menjadi padang sahara yang hanya menumbuhkan bebungaan kaktus berduri. Mari selamatkan bumi.
Tanganmu adalah sumber air, dan nafasmu udara segar…………………….
Bantaeng, 17 Januari 2012
Sumber : http://meteo.bmkg.go.id/peringatan/ekstrim dan http://www.detikhealth.com/read/2012/01/12/172917/1814094/763/kenapa-cuaca-ekstrem-semakin-sering-terjadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H