"Berlarilah sebelum engkau dikejar..." kalimat konyol ini terucap begitu saja saat kami asyik bergosip tentang diri kami di tempat kerja saat jedah dari tumpukan kertas. Kondisi kami kala itu, mungkin miriplah ketika Newton berteriak "Eurekha...!" sesaat setelah appel jatuh menimpa kepalanya, lahirlah teori gravitasi, benda jatuh ke bawah.
Konyol kan si Mr. Newton, adakah benda yang jatuh ke atas? Adakah Anda dikejar jika tidak berlari? Peduli amat, yang pasti Bantaeng Running terbentuk saat itu yang kemudian disepakati agar nama komunitas menggunakan bahasa ibu pertiwi kita saja "Komunitas Bantaeng Berlari" yang setelah tiga pekan diperdebatkan akhirnya didapatkan singkatan yang pas walau agak dipaksakan. KITA Berlari adalah singkatan nama komunitas kami.
Nama komunitas itu pun bagi saya tidaklah penting, bisa berubah kapan saja tanpa harus potong kambing. Berlari dalam kelompok seperti bebek adalah yang terpenting, sebab kebugaran harus dijaga demi hidup yang tak melulu harus memacu otak. Tubuh perlu digerakkan, pikiran butuh refresh agar hidup tak terlalu keropos digerus usia.
Bantaeng adalah nama kota kecil kami, sebuah kabupaten yang berjarak kurang lebih 120 km dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tentu semua orang pasti bangga dengan tempat tinggal masing-masing, demikian halnya dengan kami. Kami mewujudkan cinta itu, salah satunya dengan berlari menelusuri semua lekuk jalan di kota kami. Ide ini kemudian teraplikasi dengan selalu berpindah lintasan berlari tiap minggunya.
![20160826-165507-57c513f27993738f43a7bf98.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/30/20160826-165507-57c513f27993738f43a7bf98.jpg?t=o&v=770)
Tiap Jumat sore, pukul 16.30, adalah waktu komunitas ini untuk berlari, siapa saja boleh bergabung tanpa perlu isi formulir pendaftaran. Anda hanya perlu sepatu dan kaos penyerap keringat, sebab tentu tak elok jika berlari tanpa baju. Juma’at sore, kami pilih untuk berlari bukan karena mitos hari keramat, tetapi karena hari itu adalah hari terakhir kami bertemu di kantor pada tiap pekannya.
Maksudnya sederhana, usai lelah membanting otak di depan komputer dan seabrek kertas kerja selama 5 hari tanpa keringat, diperlukan penyegaran untuk membasuh racun dalam tubuh dengan keringat. Bagi perokok seperti saya, keringat itu penting tidak melulu asap. Keringat yang selain berperan untuk membakar lemak, juga turut meluruhkan racun nikotin dalam tubuh.
Jurnal Archives of Environmental and Contamination Toxicology mengungkapkan bahwa banyak elemen racun yang ternyata keluar bersama keringat. Peningkatan aktivitas metabolik merangsang sistem kekebalan tubuh. Berlari dalam kelompok juga ternyata lebih baik daripada berlari sendirian, apalagi jika berlari kesetanan hanya karena dikejar anjing.
Tahun 2009, Jurnal Biology Lettersmenerbitkanhasilpenelitian yang menyebutkan bahwa saat orang berolahraga bersama-sama, tubuh melepaskan lebih banyak endorphin daripada ketika gerak badan seorang diri. Berlari bersama mempererat ikatan sosial serta akan memperlebar senyum di wajah Anda. Berlari bersama akan membuat Anda bahagia.
Awalnya, kelompok berlari ini hanya terdiri dari 12 orang saja, itu pun sudah dihitung 2 orang anak kecil yang turut serta, salah satunya putri bungsu saya yang masih duduk di Sekolah Dasar. Para pelari kami juga adalah teman-teman sekerja. Jum’at sore 5 Agustus 2016 kami mulai berlari.
Minggu berikutnya, pelari sudah mulai bertambah menjadi 27 orang setelah medsos turut berperan mengabarkannya. Terus bertambah lagi di Minggu ke 3 setelah kami memilih lintasan berlari di area wisata Pantai Seruni Bantaeng yang ramai dan lagi bersolek itu. Pada minggu ke 3, KITA Berlari sudah mencapai 38 peserta karena saya memanfaatkan strategi komunikasi bisik-bisik tetangga untuk mengajak berlari bersama.