Sesak nafas, yang cuma terasa air mata yang tidak berhenti, demikian salah satu kutipan tulisan Alanda Kariza di blog pribadinya, yang kini telah ramai diperbincangkan di situs microblogging twiiter. Siapapun yang memiliki nurani keadilan, akan larut dalam kisahnya. Alanda menulisnya dengan sangat apik. Penuh perasaan.
Putri pasangan Tirta Kirana dan Firman Maulana ini, adalah sosok remaja putri yang telah membanggakan negeri ini. Harian Kompas dalam liputannya pada 3 Februari 2009 lalu, telah mengangkat profil penggemar Bruce Lee ini dengan judul: Alanda, Duta Indonesia di Forum Pembuat Perubahan. Gadis mungil bertutur kata lembut ini adalah duta negeri ini, pada acara "Guildford Forum Global Changemakers" di Inggris. Ketika itu Alanda masih berumur 17 tahun.
Tidak hanya itu, Alanda juga adalah penulis novel. Novel perdananya bahkan terbit ketika usianya 14 tahun. Seperti di tulis kompas, Alanda adalah penulis lepas di rubrik feature Majalah Gogirl!, menulis cerita pendek dan artikel di Majalah Hai dan Warta Al-Azhar, serta mengisi waktu luangnya dengan mengajar les adik-adik di SD dan mengkampanyekan gerakan anti-rokok. Alanda menjadi salah satu unggulan "CosmoGIRL! Of The Year" dan bahkan terpilih sebagai "CosmoGIRL! Of The Month" bulan April 2009.
Alanda adalah penggerak perubahan, Itu nyata adanya. terutama di bidang lingkungan. Tulisan berjudul ‘sampah’ di blognya, menujukkan kepeduliannya terhadap alam. Kini, Ia hanya bisa memohon doa dan dukungan saat Ibundanya di tuntut 10 tahun penjara dan 10 Milyar denda, pada kasus Century yang akhir-akhir ini kembali hiruk pikuk seiring nyanyian Gayus di ujung vonisnya. Akankah postingan Alanda di dunia maya itu, juga akan menjadi pelatuk perubahan hukum di negeri ini? kita tunggu.
Anak berprestasi tentu lahir dari keluarga yang mendidik anaknya dengan baik. Saya tidak hendak mengupas terlalu dalam isi kisahnya tentang Ibunya yang terjerat hukum. Simpati yang terkesan ‘euforia’ juga rasanya tidak begitu penting saya lukiskan karena sudah banyak yang telah menuliskannya. Saya berusaha menepis rasa empati ini, untuk tegas mengatakan bahwa Keadilan tetap harus tegak dan bebas dari rasa kasihan.
[caption id="attachment_89237" align="alignleft" width="300" caption="Alanda Kaliza (Sumber: http://www.crowdreel.com/MimirMiranti)"]
Gerakan Koin untuk Prita Mulyasari juga adalah kemenangan para facebooker dan blogger yang merealitaskan gerakannya ke dunia nyata. Walau Ibu Prita berbeda dengan Bibit-Chandra ataupun Alanda. Akankah, ‘curhat’ dari Alanda ini akan seperti itu? Jikalau melihat perkembangan berita dan dukungan terhadapnya yang begitu tinggi, maka kemungkinan itu bisa saja terjadi.
Sebenarnya tidak mengapa, tetapi mari kita fokus atas ketidak adilan tuntutannya yang berbeda jauh dengan para bosnya di Bank Century. Bukan dengan membebaskannya karena desakan publik yang kasihan. Hukum harus ditegakkan, walau saya sendiri berusaha untuk tidak pesimis dengan “melenggang kangkungnya” para mafia peradilan di negeri ini. Saya geram, bahwa para mafia lebih rendah tuntutannya dari pada Ibu Tirta Kirana.
Cerita Alanda, adalah kisah seorang anak yang bertaut nurani dengan Ibunda yang sangat dicintainya. Empati tetap layak untuk kita sampaikan, tetapi keadilan tetap patut diperjuangkan, walau harus mengabaikan cerita sedih Alanda. Kebenaran itu memang getir. Biarkan keadilan berbicara, keadilan yang begitu sulit didapatkan di negeri ini.
Alanda patut kita dukung untuk terus meningkatkan prestasinya. Tetap selalu membuat kita bangga dengan talentanya, yang kini sudah menerbitkan lagi buku barunya yang berjudul: Vice Versa. Alanda…., lanjutkan ide dan kepedulian cerdasmu tentang Fastival Indonesia Youth Conference 2011, itu.
Dua Minggu lagi Alanda Berulang tahun yang ke-20, dan dia berharap ibunya berada disisinya.
Bantaeng, 8 Februari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H