[caption id="attachment_252587" align="aligncenter" width="500" caption="Foto: http://unik.supericsun.com/5-mesjid-paling-megah-dan-terbesar-di-indonesia"][/caption] Bangunan Masjid yang dipengaruhi model Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah, menjadikan Al Markaz Al Islami begitu megah dan indah. Masjid yang mulai di bangun di tahun 1994 ini, telah menjadi salah satu ikon Kota Makassar, sesuai cita-cita awal Almarhum Jenderal M. Yusuf yang memprakarsai pembangunan Masjid ini. Arsitek Ir. Achmad Nu'man yang merancang Al Markaz telah menambahkan unsur arsitektur Masjid Katangka Gowa dan rumah adat Bugis-Makassar pada umumnya. Karenanya masjid ini tidak memiliki kubah atau atap bundar, tetapi kuncup segi empat meniru kuncup Masjid Katangka dan rumah Bugis-Makassar. Hal ini yang menjadi keunikan tersendiri Al Markaz, karena umumnya kubah masjid berbentuk bawang. Peran HM. Yusuf Kalla, yang sekarang sebagai Ketua Badan Pengurus Harian Masjid ini juga sangat penting dalam mendampingi mantan Panglima ABRI ini dalam mewujudkan bangunan masjid termegah di Indonesia Timur, dan bahkan disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini kini menjadi pusat kegiatan umat Islam di Makassar. Tidak hanya untuk kegiatan-kegiatan spritual, tetapi pula kegiatan-kegiatan muamalah. Di salah satu kegiatan berkunjung ke Kota Makassar, saya dan teman-teman sekerja menyempatkan diri berbuka puasa di tempat ini. Karena terlambat, kami tidak mendapatkan buka puasa gratis dan ceramah ba'da Ashar yang rutin dilakukan di masjid ini pada bulan Puasa. Kegiatan-kegiatan ceramah di Al Markaz ini selalu di siarkan live oleh Radio Al Ikwan milik Masjid kebanggaan masyarakat Sulsel ini. Beruntung, di halaman masjid berjubel penganan khas berbuka seperti jalan kote, bakwan, cendol, putu, kue dadar dan banyak lagi yang lainnya sebagai berkah buka puasa kami. [caption id="attachment_252588" align="aligncenter" width="500" caption="Jejeran penganan khas buka puasa di halaman Masjid (Foto: Andi Harianto)"][/caption] Seperti disebutkan di awal, bahwa selain masjid ini sebagai pusat kegiatan ritual keagamaan seperti zikir, shalat, dakwah, pengajian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bernuansa ukhrawi, masjid ini juga sarat dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa muamalat. Di halaman masjid yang demikian luas, dipenuhi jejeran perdagang yang menjual aneka macam kebutuhan, mulai dari pakaian, makanan, mainan, dan bahkan cenderamata banyak di jual dilapak-lapak pedagang yang di tata rapi. Jikalau kita berkeliling Kota Makassar, sangat jarang kita temukan kegiatan-kegiatan pendidikan, ataupun sosial, apalagi kegiatan ekonomi seperti di Al Markaz ini. Bahkan beberapa diantaranya justru melarang kegiatan perdagangan seperti ini, tetapi membolehkan pengemis berjejer di pintu-pintu masjid yang tumbuh berkali-kali lipat saat bulan puasa datang. Dalam pikiran picikku, mencoba menghayal. Seandainya para pengemis itu diberdayakan menjadi pedagang asongan atau menjaga lapak-lapak kakilima di masjid, mungkin akan lebih baik. [caption id="attachment_252595" align="alignleft" width="225" caption="di bawah menara, Gemerlap lampu para los pedagang (Foto: Andi Harianto)"][/caption] Di zaman Rasul dan para sahabatnya, Masjid memiliki fungsi yang banyak, selain fungsi ritual syariat keagamaan. Masjid menjadi madrasah (pusat pendidikan), lembaga sosial, tempat bermusyawarah, konsultasi masalah ekonomi, membicarakan perdamaian, bahkan untuk mengatur strategi militerpun dilakukan di masjid. Intinya, masjid menjadi pusat kegiatan umat Islam, baik itu yang bersifat ibadah Ukhrawi maupun Ibadah Sosial. Oleh Quraish Shihab (1996:462). Fungsi Masjid dalam perkembangan selanjutnya setelah dinasti Bani Abbasiyah fungsi masjid menjadi berkurang, karena kegiatan pemerintahan dipusatkan di istana, dan pada saat ini masjid telah kehilangan sebagian fungsinya, masjid telah kehilangan ruh jihadnya dan tidak lagi menjadi pusat pemberdayaan umat, maka sarana yang memiliki arti strategis ini perlu direvitalisasi kembali fungsinya. Dulu di sekitar Masjid Nabawi di Madinah, terdapat Pasar Seng sebagai pusat aktifitas perdagangan di Madinah. Fungsi Masjid kini berlahan memudar, bahkan hilang. Masjid Al Markaz Al Islami, yang seluas 6 hektar dan berdaya tampung 10 ribu orang ini, telah mervitalisasi fungsi masjid yang sesungguhnya. Terdapat banyak penjual buku di teras Masjid, ada diskusi berkala, live radio Al Ikhwan menyampaikan pesan dakwah, tempat penyaluran bantuan sosial, taman belajar dan banyak lagi kegiatan sosial dan pendidikan lainnya. Masjid Al Markaz, memiliki kenangan tersendiri buatku. Sewaktu kuliah, saya tinggal di Jalan Pongtiku yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari Masjid ini, yang terletak di Jalan Masjid Raya Makassar. Sebagai anak yang tinggal di Asrama Mahasiswa, pada bulan puasa saya bahagia menikmati makanan berbuka puasa di tempat ini. Bagaimana tidak bahagia, uang kiriman terlamabat, ada pula buka puasa gratis. Sungguh pernah bakal terlupa, kenangan di Bulan Oktober tahun 2001silam. Saya dan kekasihku mengucapkan Ijab Kabul dan melaksanakan pesta walimah di auditorium Masjid ini. Bangga hati ini di nikahkan, oleh Imam Masjid Al Markaz. Masjid termegah di Indonesia. [caption id="attachment_252600" align="aligncenter" width="482" caption="Hiruk-Pikuk Pedagang di Lorong-Lorong Masjid (Foto: Andi Harianto)"][/caption]
Usai Shalat Magrib, saya menyempatkan diri memotret bahagian-bahagian masjid yang berpendar cahaya pantulan batu granit yang menghiasi lantai masjid. Yang tak kala indah adalah lampu pada kubah masjid, yang terlihat seperti kuning telur dalam wadah gelas madu yang disinari cahaya indah kekuningan. Di lantai bawah, hiruk pikuk pedagang mulai menghamparkan dagangannya setelah usai shalat magrib. Sudah terlihat banyak pengunjung yang berdatangan, tidak hanya jamaah Masjid. Wajar saja, hari ketika aku berkunjung,lebaran berapa hari lagi menjelang.
[caption id="attachment_252602" align="aligncenter" width="355" caption="Indah Pendar Lampu di atas kubah (Foto: Andi Harianto)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H