Mohon tunggu...
Andi Gunawan
Andi Gunawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menuangkan ide dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebangkitan Nasional dan Euphoria Perayaannya

19 Mei 2012   17:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:05 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Andi Gunawan

Kebangkitan Nasional ke dua harus menjadi titik balik keterpurukan menuju kemajuan bangsa dan Negara di berbagai bidang kehidupan. Saya khawatir kebangkitan nasional ke 100 hanya berhenti pada euphoria perayaannya dan tidak dikmanai dengan kebangkitan yang sesunggunya pada kehidupan nyata.

Euphoria sebuah perayaannya selalu ditandai dengan pembentukan panitia, sambutan petatah petitih dari tokoh masyarakat atau nasional, gegap gempitanya respon hadirin karena terbakar semangatnya, doa bersama, setelah itu bubar. Dengan berakhirnya acara maka berakhir pula semangat menggebu dari seluruh yang hadir. Kita menjadi lupa terhadap point penting (isi dari acara) yang harus dimplementasikan.

Saya berharap lagu lama di atas tidak terjadi pada Hari Kebangkitan Nasional ke 100, dan sebagai kebangkitan nasional Indonesia yang kedua sungguh tepat ini bila dijadikan momentum bangkitnya bangsa Indonesia dari keterpurukan.

Tokoh-tokoh nasional yang hadir dalam berbagai pertemuan dan perayaan harus mampu mengimplementasikan dengan sungguh-sungguh apa yang telah disampaikan dan menjadi komitmennya untuk membangun Negara mulai dari hal kecil namun bermakna, hal-hal yang mendasar sampai ke hal-hal besar yang mengarah kepada kemajuan Negara.

Sebagai sebuah ilustrasi, bagaimana tokoh nasional menjadi agen perubahan untuk masalah kebersihan kota atau nasional. Persoalannya seperti sepele namun kenyataanya bahwa tingkat kebersihan di Indonesia sungguh memprihatinkan, bagaimana tidak memprihatinkan Indonesia dikenal sebagai jamban terpanjang di dunia, orang membuang sampah sembarangan, sampah menumpuk di ruang publik dan sebagainya, sungguh memalukan namun kenyataanya seperti itu.

Tokoh nasional harus mampu menjadi agen perubahan untuk hal yang (mungkin) sepele, ket –tokoh-annya bisa dipertaruhkan pada bersih atau tidaknya kota atau wilayah, bukan berarti tidak percaya pada pemerintah daerah atau pusat yang pada kenyataanya memang tidak mampu, namun seorang tokoh sudah seharusnya mampu menggerakan moral masyarakat untuk berbuat yang terbaik untuk lingkungannya. Jika untuk hal (sepele) ini saja tidak mampu jangan harap tokoh nasional tersebut akan mampu menjadi lokomotip dalam menggerakan gerbong kebangkitan nasional Indonesia yang kedua, mereka hanya berdiri di menara gading, dan sungguh tidak pantas untuk menyandang tokoh nasional atau masyarakat.

Tokoh-tokoh nasional ini, paling tidak harus mencontoh tokoh nasional pada era kebangkitan nasional pertama, mereka berjuang tanpa pamrih, tiada lelah dan terus berjuang sebelum berhasil, yang ada dalam benak para tokoh (pahlawan) tersebut adalah berjuang, tak peduli sampai kapan. Di tengah lautan perjuangan yang dihadapinya, mereka tidak pernah mengeluh atas situasi dan kondisi yang serba sulit saat itu, yang ada dalam benaknya bagaimana mengatasi kondisi itu demi sebuah perbaikan kehidupan generasi mendatang.

Ditulis Tahun 2008

dari : AyoBangkitIndonesiaku.Wordpress.Com

artikel tayang ulang menyambut Kebangkitan Nasional 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun