Mohon tunggu...
Andi Gunawan
Andi Gunawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menuangkan ide dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rakyat Harus Cerdas

9 Mei 2014   06:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Andi Gunawan
Prilaku atau keadaan manusia tempo dulu bisa dijadikan suatu pelajaran berharga pada masa kini. Sejarah tentang keteladanan pimpinan masa lalu itu seringkali membuat kita berdecak kagum, bagaimana tidak, dengan kebersahajaan kehidupan sehari-hari mereka mampu mengatasi kondisi masyarakat yang terpuruk pada awalnya menjadi kondisi yang gilang gemilang pada akhirnya. Memang umumnya keteladanan yang luar biasa itu milik para Nabi dan Rasul Allah yang langsung dibimbing oleh wahyu Illahi.


Pada era setelah para Nabi, pemimpin yang adil dan mampu mensejahterkan rakyatnya pun tidaklah sedikit, tentu saja banyak diantara mereka mencontoh kepemimpin orang-orang terdahulu tersebut.
Bagaimana kepemimpinan seharusnya pada masa kini?  Jawabannya tentu bisa beragam, namun dalam konteks pengetahuan sejarah maka pemimpin sekarang harus mencontoh prinsip-prinsip sukses kepemimpin dari pemimpin terdahulu yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Jawaban sederhana itu pada prakteknya tidak semudah membalikan telapak tangan, perlu usaha ekstra keras dari seorang pemimpin untuk bisa sukses dalam kepemimpinannya dan yang tak kalah penting adalah adanya peran serta rakyat di dalamnya. Bukankah untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan, rakyat secara keseluruhan harus dilibatkan?
Rakyat yang amanah


Sebagai rakyat atau orang yang dipimpin, kita telah sering menuntut pemimpin untuk berbuat amanah, namun sudahkah kita menuntut diri sendiri untuk berbuat amanah?
Rakyat yang amanah bisa kita artikan sebagai  yang telah melaksanakan hak dan kewajibannya serta berperan dalam amar maruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran). Jika rakyat telah berbuat amanah maka harapannya adalah pemimpin lebih mudah dalam melakasanakan amanahnya sehingga kesejahteraan rakyat akan cepat terwujud.
Rakyat yang amanah senantiasa menjaga prilaku, moral, dan menjadi tauladan hidup di mana saja ia berada, menjadi inspirator dan motivator bagi kebaikan lingkungan sekitarnya, menempuh jalan damai bila ada perselisihanserta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Kisah yang mengandung pelajaran


Kisah yang akan diceritakan ini mengandung pelajaran bagi kita semua tentang rakyat yang ideal bagi pemimpin atau negara. Suatu hari Alibin Abi Thalib ditanya oleh penduduk Madinah tentang kepemimpinannya sebagai Khalifah keempat, dimana saat itu banyak terjadi kekisruhan yang sulit untuk diredakan, bahkan menjurus pada pemberontakan yang dilancarkan berbagai pihak, salah satu diantaranya tuntutan hukum yang adil bagi pembunuh Ustman bin Affan. Penduduk Madinah itu bertanya  “Ya Khlalif Ali, ketika Abu Bakar Shidiq dan Umar bin .Khatab menjabat sebagaiKhalifah, hampir tidak pernah terjadi kekisruhan seperti yang sekarang terjadi. Tapi ketika engkau memimpin mengapa kekisruhan banyak terjadi”. Dengan diplomatis Ali menjawab “Ketika Abu Bakar dan Umar sebagai Khalifah saat itu akulah umatnya, dan ketika aku memimpin sebagai Khalifah, engkaulah umatnya”.
Maknanya bahwa ketika Ali menjadi umat atau rakyat bagi Khalifah Abu Bakar dan kemudian Khalifah Umar, beliau senantiasa mentaati apa yang telah digariskan oleh kedua khalifah tersebut, namun ketika Ali menjabat sebagai khalifah banyak umat tidak taat atau mempunyai perbedaan pendapat yang tajam dengan Khalif Ali sehingga menimbulkan perpecahan dalam kalangan umatIslam saat tu.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas  adalah bahwa pimpinan dan rakyat harus harmonis, seia sekata, sebagaimana imam dan makmum pada shalat berjamaah,ketika imam takbir maka makmum juga takbir, ketika imam ruku maka makmum ikutruku, ketika imam sujud maka makmum ikut sujud dan seterusnya. Makmum akan mengikuti intruksi imam shalat manakala imam telah sesuai aturan. Jika imam tidak sesuai aturan maka makmum harus mengingatkan imam.
Kisah lain, ketika Timur Lenk yang lalim dan bengis menguasai kawasan Anatolia , ia berbuat sewenang-wenang di wilayah kekuasaannya. Timur Lenk mengundang para ulama di kawasan itu. Setiap ulama beroleh pertanyaan yang sama :
"Jawablah : apakah aku adil ataukah lalim. Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung. Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal."
Beberapa ulama telah jatuh menjadi korban kejahatan Timur Lenk ini. Dan akhirnya, tibalah waktunya Nasrudin diundang. Ini adalah perjumpaan resmi Nasrudin yang pertama dengan Timur Lenk. Timur Lenk kembali bertanya dengan angkuh :
"Jawablah : apakah aku adil ataukah lalim?  Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilankuengkau akan kugantung. Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal."
Dan dengan menenangkan diri, Nasrudin menjawab :
"Sesungguhnya, kamilah, para penduduk disini, yang merupakan orang-orang lalim dan abai. Sedangkan Anda adalah pedang keadilan yang diturunkan Allah yang Maha Adil kepada kami."
Setelah berpikir sejenak, Timur Lenk mengakui kecerdikan jawaban itu. Maka untuk sementara paraulama terbebas dari kejahatan Timur Lenk lebih lanjut.
Kisah Nasrudin Hoja yang cuplik ini, telah memberipelajaran kepada kita bahwa rakyat yang cerdas telah menyelamatkan dirinya dari kebengisan penguasa yang lalim sekaligus mencegah peguasa untuk tidak berbuat lalim dikemudian hari kepada rakyatnya.
Akhirnya, bahwa kita sebagai rakyat atau bawahan harus memposisikan diri kita sebagai rakyat yang beramanah sekaligus cerdas, sehingga mampu berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negaranya, serta mampu mengingatkan pemimpin jika terjadi ketidak-adilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun