Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menentang Budaya Patuh

4 Maret 2024   16:29 Diperbarui: 4 Maret 2024   16:36 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang cenderung mengikuti arus. Siapa pun yang menentangnya akan dianggap aneh, gila atau tidak patuh. Di AS, kaum hippies pada tahun 70an merupakan bagian dari generasi tandingan budaya yang melakukan berbagai perilaku untuk menolak norma-norma sosial. Sampai batas tertentu, kaum hippies ini membentuk sejarah di Amerika dengan membiarkan pandangan-pandangan radikal menjadi pusat perhatian, meskipun untuk jangka waktu yang singkat, meskipun pemerintah berupaya untuk melakukan kontrol yang lebih besar.

Baru-baru ini, gerakan Black Lives Matter (BLM) di AS kembali menunjukkan bagaimana sebagian orang Amerika dapat menentang nilai-nilai arus utama perdamaian dan ketertiban. Seiring berjalannya waktu, istilah Woke diperkenalkan kembali dan sekarang didefinisikan sebagai "sadar dan secara aktif memperhatikan fakta dan isu penting mengenai keadilan sosial."

Sayangnya, bagian dari gerakan kebangkitan di AS ini juga mencakup promosi kamar mandi yang netral gender, berlutut saat lagu kebangsaan dinyanyikan dan mengizinkan orang untuk mengidentifikasi gender mereka sendiri. Woke populer di kalangan Generasi Y dan Z.

Baca juga: Mari Berkolaborasi

Tidak semua kegiatan counter culture atau Menentang Arus membuahkan hasil yang baik. Namun bila dilakukan dengan motif yang murni dan niat yang mulia, demi kepentingan orang lain, maka kegiatan tersebut patut disambut baik.

Menjadi pemecah belah tidak selalu berarti merusak. Berbagai pandangan dibagikan. Termasuk pandangan-pandangan yang out of the box untuk mencari tahu apa isu inti yang benar-benar memecah belah organisasi. Perspektif yang berbeda memungkinkan kita untuk memvalidasi gagasan kita sendiri dan menantang bias kita sendiri yang dikembangkan oleh budaya kepatuhan.

Di beberapa organisasi saya melihat ada beberapa anggota yang takut berbicara dengan bebas karena mentalitas kelas di mana pendapat anggota junior tidak dianggap dan ditambah lagi dengan budaya "patuh dulu sebelum mengeluh."  

Menurut saya menentang budaya atau norma perilaku adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Masyarakat bisa berubah karena ada orang-orang dengan ide-ide radikal berhasil mengubah seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun