Hingga awal tahun 2020, tidak peduli seberapa besar perubahan yang terjadi di kantor anda, citra sang bos tetap bertahan. Mereka adalah seseorang yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk naik pangkat atau berpindah antar perusahaan karena didorong oleh keberhasilan dalam pertumbuhan pendapatan. Mereka adalah yang terbaik dalam memikat klien baru atau mencapai kesepakatan. Para manajer yang mengambil keputusan akhir mengenai tujuan tim dan tinjauan kinerja Anda.
Menurut anda, apakah sudah saatnya bos seperti itu punah di awal tahun 2024? Menurut saya, Ya!
Kita dihadapkan pada generasi-generasi masa depan. Kaum muda yang ingin menjadi aset terbesar perusahaan. Maka  generasi baby boomer harus bisa merangkul mereka.
Kondisi di mana seperti apa bos bekerja telah berubah. Bos adalah seorang pelatih, bukan seorang diktator. Seorang mentor, meskipun belum tentu karena pengalamannya di bidang penjualan atau pemrograman.
Jika para pemimpin sebelumnya berusaha tampil menonjol, para manajer masa depan unggul dalam membina kolaborasi. Mereka harus bisa bermimpi bersama dengan tim dan menginspirasi tim.
Di masa depan, manajer bukan ahli teknis lagi tetapi lebih ke ahli sosial-emosional untuk membantu karyawan menavigasi budaya organisasi. Atasan di generasi sebelumnya cenderung menjadi kontributor individu yang unggul dan dipromosikan ke posisi manajemen sehingga mereka dapat mengajar tim.
Ini adalah model yang berfungsi secara efektif selama tingkat perubahan di tempat kerja tetap rendah. Namun, dengan teknologi seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan yang mengubah lingkungan kerja kita dengan cepat, pekerjaan akan lebih banyak menghasilkan ide dan mengembangkan bakat.
Tanpa perlu mencurahkan banyak waktu untuk tugas-tugas organisasi, para manajer akan semakin fokus pada pembinaan karyawan dan memberikan dukungan emosional, menjembatani ekspektasi pekerjaan dengan fokus khusus pada generasi masa depan. Mereka ini tidak ingin diberi tahu apa yang harus dilakukan, mereka hanya berharap didorong untuk memecahkan masalah dan memajukan perusahaan sebagai wirausaha atau lebih tepatnya sebagai intrapreneur.
Ketika peran manajer beralih dari figur otoritas ke pengasuh, menenangkan karyawan dalam segala hal mulai dari catatan kinerja perusahaan sejauh ini hingga fokus masa depan pada digitalisasi, pengelolaan data, penyediaan produk dan layanan berkelanjutan misalnya akan menjadi semakin penting.
Perubahan deskripsi pekerjaan seorang atasan dan meningkatnya ekspektasi dari para pekerja berarti tipe karyawan yang berbeda akan dianggap sebagai bahan manajemen. Mereka yang memiliki kemampuan sosial yang sangat maju, keterampilan mendengarkan yang baik, keterampilan pemrosesan waktu nyata, layak menjadi pemimpin masa depan.
Hal ini terutama berlaku di lingkungan virtual, di mana kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan keterlibatan karyawan melalui platform digital akan menjadi hal yang sangat penting. Saat menjalani transformasi digital, muncul pertanyaan, apakah saya menggunakan teknologi untuk berupaya sebaik mungkin menciptakan tempat kerja yang hebat atau apakah saya menggunakan teknologi untuk mendapatkan semua analisis dan mengendalikan kehidupan profesional seseorang?