Kerusuhan karena kenaikan harga beras pernah terjadi di Jepang yang dikenal dengan peristiwa Kome Sodo. Diawali oleh sekelompok perempuan yang memprotes melonjaknya harga beras. Tuan tanah dan pedagang beras yang mengantisipasi pengiriman pasukan ke Siberia, memulai spekulasi beras yang menyebabkan harga meroket.
Para perempuan tersebut memulai aksinya dengan petisi damai. Namun saat para pekerja yang marah karena tingginya harga beras bergabung dalam aksi tersebut, hal ini memicu pemberontakan berskala nasional yang diperkirakan melibatkan sekitar 10 juta orang. Militer pada akhirnya berhasil menundukkan para perusuh. Namun pemberontakan tersebut menyebabkan runtuhnya pemerintahan Terauchi Masatake.
Aliansi Progresif Liberia menyerukan demonstrasi damai di Monrovia untuk memprotes usulan kenaikan harga beras. Pada tanggal 14 April 1979, sekitar 2.000 aktivis memulai apa yang disebut sebagai demonstrasi damai. Namun, lebih dari 10.000 "anak jalanan" bergabung dalam demonstrasi dan dengan cepat mengubah prosesi yang tadinya tertib menjadi brutal.
Penjarahan besar-besaran terhadap toko ritel dan gudang beras terjadi dan kerusakan pada properti pribadi diperkirakan mencapai lebih dari $40 juta. Militer dikerahkan untuk memperkuat unit polisi. Dalam 12 jam kekerasan, sedikitnya 40 demonstran dan perusuh tewas dan lebih dari 500 orang luka-luka.
Dari Bloomberg: "Harga beras yang tinggi, yang baru-baru ini dipicu oleh larangan ekspor oleh India, membawa risiko ketidakstabilan politik di Asia dan Afrika, menurut kepala badan PBB. 'Beras, khususnya di Afrika, tentu dapat menimbulkan potensi konflik atau kerusuhan sosial, yang pada saat ini akan sangat berbahaya, kata Alvaro Lario, yang memimpin Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, dalam sebuah wawancara di New York.'"
Melonjaknya harga beras dan kekurangan pangan telah berkontribusi pada kerusuhan yang terjadi di negara-negara lain di masa lalu. Terlepas dari kerusuhan beras yang disebutkan sebelumnya, melonjaknya harga gandum turut memicu Arab Spring yang menggulingkan penguasa di Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman.
Kita tidak ingin melihat segala bentuk kerusuhan sosial, apalagi kerusuhan beras, di negara ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memperhatikan peringatan PBB bahwa "harga beras yang tinggi membawa risiko kerusuhan sosial."
Solusi utama terhadap tingginya harga beras adalah dengan berinvestasi pada petani dan membantu mereka meningkatkan produksinya. Hal ini akan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan. Yang lebih penting lagi, hal ini juga akan membantu memperkuat ketahanan pangan negara dalam jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H