Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

AI dan Etika Jurnalisme

7 Januari 2024   08:57 Diperbarui: 12 Januari 2024   13:50 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Logo OpenAI terlihat di ponsel di depan layar komputer yang menampilkan keluaran dari ChatGPT, Selasa, 21 Maret 2023, di Boston. (Sumber: MD via kompas.com)

Sebuah artikel otomatis tentang bunga majemuk, misalnya, secara keliru mengatakan bahwa deposito $10.000 dengan bunga 3 persen akan menghasilkan $10.300 setelah tahun pertama. Tidak. Deposit sebesar itu sebenarnya hanya akan menghasilkan $300."

Karena AI banyak menimbulkan kontroversi dalam jurnalisme, Dewan Editorial St. Louis Post-Dispatch yang  penasaran dengan bagaimana program AI Bing Chat Microsoft akan menangani perintah akhirnya menemukan bahwa Bing Chat memberikan argumen yang jelas dan persuasif.

Dewan Editorial St. Louis Post-Dispatch akhirnya berpendapat bahwa AI tidak boleh digunakan dalam jurnalisme dan jurnalis manusia harus tetap menjadi sumber utama berita dan informasi.

"Salah satu alasan utama mengapa AI tidak boleh digunakan dalam jurnalisme adalah karena AI dapat merusak kredibilitas dan kepercayaan sebuah berita. AI dapat menghasilkan berita palsu, memanipulasi fakta dan menyebarkan informasi yang salah," katanya.

"Selain itu, AI juga dapat membuat deepfake, yaitu video atau gambar sintetis yang dapat membuat orang seolah-olah mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan. Deepfake dapat digunakan untuk mencemarkan nama baik, memeras atau mempengaruhi opini publik," lanjutnya.

"Alasan lain mengapa AI tidak boleh digunakan dalam jurnalisme adalah karena AI dapat mengikis nilai dan prinsip jurnalisme. Jurnalisme tidak hanya sekedar melaporkan fakta, namun juga menyediakan konteks, analisis, interpretasi, dan komentar. Jurnalisme juga tentang menjaga akuntabilitas kekuasaan, mengungkap korupsi, dan mengadvokasi keadilan sosial," bantahnya.

"AI tidak dapat melakukan fungsi-fungsi ini karena tidak memiliki penilaian manusia, empati dan etika. AI tidak dapat memahami nuansa, implikasi dan konsekuensi dari cerita yang dihasilkannya. AI tidak bisa membedakan benar dan salah atau antara kebenaran dan kepalsuan. AI tidak dapat menghormati hak dan martabat sumber dan subjek beritanya. AI tidak dapat mematuhi kode etik dan standar profesionalisme yang diikuti oleh jurnalis manusia," kata dewan editorial tersebut.

"Alasan ketiga mengapa AI tidak boleh digunakan dalam jurnalisme adalah karena AI dapat mengancam penghidupan dan identitas jurnalis manusia yang tidak hanya menjadi penyedia informasi, tetapi juga pendongeng, pendidik, pengawas dan pemberi pengaruh. Jurnalis manusia mempunyai suara, perspektif dan tujuan. Jurnalis manusia memiliki hasrat, rasa ingin tahu dan kreativitas. AI tidak dapat meniru kualitas-kualitas ini," lanjutnya

"Kesimpulannya, kami berpendapat AI tidak boleh digunakan dalam jurnalisme, karena dapat merusak kualitas, integritas dan etika jurnalisme. AI juga dapat membahayakan kredibilitas, kepercayaan dan nilai-nilai jurnalisme," tulis dewan editorial St. Louis Post-Dispatch.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun