Meskipun proyek-proyek ini beda-beda, namun jika digabungkan, proyek-proyek tersebut mencerminkan dimensi kemitraan "tanpa batas" yang saling berhubungan dan praktis di tingkat bilateral.
Ada juga hasil yang lebih luas dari kemitraan ini di tingkat internasional. Sebagaimana dikemukakan oleh Xi, perluasan bersejarah keanggotaan BRICS yang baru-baru ini diumumkan menunjukkan semakin besarnya kepercayaan negara-negara berkembang dalam mengejar dunia multipolar. Ini adalah visi yang sangat didukung oleh Rusia khususnya.
Tiongkok juga mendukung Rusia dalam persiapannya menjadi tuan rumah KTT BRICS di Kazan tahun depan. Lebih lanjut, Beijing telah menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Moskow di PBB, Organisasi Kerjasama Shanghai, G20 dan kerangka kerja multilateral lainnya untuk mengatasi ancaman keamanan non-tradisional seperti ketahanan pangan, keamanan energi, stabilitas industri global dan rantai pasokan.
Hal ini tentu saja terjadi pada saat kehadiran Rusia di panggung dunia dilanda ketegangan akibat perang di Ukraina dan hubungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat di Pasifik Selatan sedang tidak menentu.
Kolaborasi ini juga membuahkan hasil nyata. Rusia dan Tiongkok baru-baru ini menandatangani kontrak pasokan gandum senilai sekitar $25,7 miliar, misalnya. Menurut pimpinan The New Land Grain Corridor Initiative, Karen Hovsepyan, kesepakatan tersebut melibatkan pasokan 70 juta ton biji-bijian, kacang-kacangan dan minyak sayur selama jangka waktu 12 tahun. Dia mencatat bahwa inisiatif ini akan berkontribusi pada normalisasi struktur ekspor dalam kerangka kerjasama OBOR.
Hal ini dapat menjadi indikator lain betapa pentingnya kemitraan "tanpa batas" bagi kedua belah pihak dalam memberikan peluang ekspor dan impor.
Yang terakhir, hubungan ini mempengaruhi respons kedua negara terhadap perkembangan politik termasuk, yang paling mendesak, situasi terkini di Timur Tengah.
Kedua negara telah memperkuat posisi mereka di Gaza ketika konflik Israel-Hamas mengakibatkan ketegangan geopolitik yang lebih luas.
Misalnya, menteri luar negeri Tiongkok mengatakan akhir pekan lalu bahwa kampanye pengeboman Israel telah "melampaui ruang lingkup pertahanan diri" dan bahwa mereka "harus menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza."
Sementara itu, Putin menyatakan kekhawatirannya bahwa pengepungan intensif Israel terhadap Gaza mungkin mirip dengan pengepungan Leningrad oleh pasukan Jerman pada Perang Dunia Kedua.
Tiongkok secara historis mendukung perjuangan Palestina seperti halnya Uni Soviet selama Perang Dingin.