Demikian pula warga Palestina tidak mungkin ke tempat lain karena memang itu kampung mereka. Meskipun orang Israel berargumen bahwa "orang Palestina" bukanlah identitas yang sebenarnya. Warga Palestina mempunyai akar di tanah itu sejak beberapa generasi yang lalu. Selain itu, setelah konflik selama beberapa dekade, warga Palestina juga telah mengembangkan identitas berbeda berdasarkan trauma dan pengalaman bersama sebagai masyarakat tanpa kewarganegaraan.
Warga Palestina di Gaza tidak mungkin pindah ke tempat lain. Lebih dari setengah dari mereka sudah menjadi pengungsi di kampung sendiri dan pasti tidak tertarik untuk menjadi pengungsi lagi di tempat lain meskipun mereka mendapatkan pengalaman hidup yang sangat buruk di Gaza. Bahkan bagi mereka yang mungkin punya keinginan untuk pergi pun tidak dapat melakukan hal tersebut.
Seruan dari pihak berwenang Israel agar warga sipil Palestina meninggalkan Gaza sementara Israel tidak pernah mengizinkan mereka menyeberang ke Israel dan mereka juga tahu bahwa Mesir tidak akan mengizinkan ribuan atau jutaan orang masuk ke wilayahnya. Jadi ini jelas pernyataan yang aneh.
Seolah ingin membuktikan hal tersebut, Israel mengebom penyeberangan Rafah ke Mesir. Selain itu memerintahkan lebih dari 1 juta orang untuk mengungsi melalui zona perang di salah satu wilayah terpadat di dunia bukanlah bentuk perlindungan yang bertanggung jawab terhadap warga sipil.
Ketiga, terdapat ketidakseimbangan kekuasaan yang mendasar dalam konflik ini. Israel sejauh ini merupakan pemain yang jauh lebih kuat dalam hal kekuatan militer dan ekonomi. Sebaliknya, ketidakseimbangan kekuatan adalah kenyataan yang harus diakui oleh negara-negara asing agar dapat mendukung perdamaian.
Serangan tanggal 7 Oktober meluncurkan fase baru dalam konflik Israel-Palestina dan sangat berdarah-darah. Perang yang terjadi saat ini mengingatkan dunia bahwa konflik tersebut belum terselesaikan.
Para pemimpin di Washington, Eropa, negara-negara Arab dan negara-negara lain yang ingin mengakhiri penderitaan dan ketidakstabilan ini harus mulai dengan mengakui kemanusiaan orang-orang Palestina dan Israel dan yang terpenting, menerima kenyataan bahwa keduanya tidak mungkin pindah dari tanah tersebut. Satu-satunya jalan menuju perdamaian adalah menemukan cara bagi Israel dan Palestina untuk hidup di tanah yang sama dengan hak yang sama menuju keamanan dan harapan untuk masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H