Di KTT G20 di New Delhi, salah satu inisiatif utama yang diumumkan adalah pembentukan Aliansi Biofuel Global yang diprakarsai oleh Brazil, Amerika Serikat dan India.Tiga dari produsen dan konsumen biofuel utama dunia.
Aliansi ini bertujuan untuk memfasilitasi kerja sama dan mengintensifkan penggunaan biofuel berkelanjutan termasuk di sektor transportasi. Negara-negara lain diperkirakan akan bergabung dengan aliansi ini dalam beberapa bulan ke depan.
Biofuel saat ini memenuhi sekitar 10 persen kebutuhan energi primer dunia. Namun perkembangannya tidak merata. Tiga wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat dan Tiongkok menyumbang hampir 90 persen produksi global.Â
Oleh karena itu, pembentukan aliansi dengan seluruh pemangku kepentingan utama merupakan perkembangan yang disambut baik karena biofuel dapat memainkan peran yang jauh lebih besar dalam transisi energi dan mengurangi emisi karbon dibandingkan saat ini.
Namun saat mempromosikan biofuel, pemerintah dan dunia usaha di seluruh dunia perlu memastikan bahwa produksinya harus beralih dari bahan pangan dan minyak nabati yang saat ini digunakan dalam jumlah besar. Agar produsen biofuel tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia yang berdampak buruk pada harga pangan yang meroket sejak munculnya COVID-19 empat tahun lalu.
Saat ini seluruh dunia sedang menghadapi rekor inflasi pangan yang tinggi dan mengganggu anggaran rumah tangga tidak hanya di negara-negara miskin di Afrika atau Asia namun juga di negara-negara terkaya di Eropa.
Saat ini sudah diketahui bahwa produksi biofuel merupakan salah satu faktor utama di balik inflasi ini karena pemerintah mewajibkan perusahaan penyulingan minyak untuk mencampurkan bioetanol yang terbuat dari biji-bijian dan biodiesel yang terbuat dari minyak nabati menjadi bahan bakar kendaraan. Standar umum campurannya hingga 10 persen yang membutuhkan hasil panen dalam jumlah besar.
Ada 155 miliar liter biofuel yang terbuat dari berbagai jenis tanaman  menggunakan biji-bijian yang seharusnya menghasilkan sekitar 5 miliar pangan.
Secara global, sekitar 10 persen dari seluruh biji-bijian diubah menjadi biofuel. Menurut data, kalori yang dialihkan ke produksi biofuel dari kebijakan saat ini dan di masa depan setara dengan kebutuhan tahunan 1,9 miliar orang.
Harga pangan naik bukan hanya karena tanaman pangan dialihkan untuk bahan bakar nabati, namun juga karena sejumlah besar lahan pertanian digunakan untuk menanam tanaman yang ditujukan untuk produksi bahan bakar nabati dan tanaman ini menggunakan pupuk dalam jumlah besar sehingga meningkatkan biaya produksi pangan.
Produksi bioenergi harusnya tidak mengorbankan ketersediaan pangan bagi manusia. Terdapat banyak sumber bahan bakar alternatif di seluruh dunia dan tersedia dalam jumlah yang memadai serta teknologi yang tepat untuk mengubahnya menjadi bioenergi.