Otak manusia tetap menjadi perangkat pemrosesan informasi yang paling fleksibel dan efisien di dunia meskipun ada kemajuan komputer.
Kinerjanya menginspirasi para peneliti untuk mempelajari dan meniru HBO sebagai kekuatan komputasi yang ideal.
Untuk melakukan hal ini, sel-sel otak yang dikembangkan di laboratorium diubah secara genetik untuk merespons jenis cahaya tertentu. Teknik ini, yang disebut optogenetika memungkinkan peneliti mengontrol cara sel saraf berkomunikasi.
Ketika pola cahaya berubah, aktivitas saraf pun berubah. Wawasan tersebut memajukan pengembangan perangkat buatan tertentu yang dapat menggantikan kemampuan motorik, sensorik atau kognitif tertentu khususnya prostetik yang merespons umpan balik dari pengguna dan lingkungan.
Orang dengan penyakit Parkinson dan epilepsi mendapat manfaat dari penelitian HBO dan AI ini.
Jika penelitian ini digunakan untuk meningkatkan kekuatan otak dan kekuatan fisik pada orang-orang yang tidak memiliki masalah kesehatan sebelumnya, maka timbul pertanyaan moral tentang campur tangan manusia dalam Takdir Tuhan terhadap tubuh manusia sepanjang siklus hidupnya.
Misalnya, kelayakan teknis dan keinginan beberapa peneliti untuk mengembangkan HBO sebagai entitas biologis dengan fitur dan fungsi spesifik yang semakin mirip dengan otak manusia dewasa. Apakah ini bukan sebuah langkah yang terlalu jauh?
Secara keseluruhan, kombinasi HBO dan AI harus memiliki keterbatasan dan kebutuhan untuk tetap berada dalam batasan medis dan hukum yang ditetapkan sehingga menciptakan lingkungan yang tepat untuk perawatan medis saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI