Setelah berbulan-bulan konflik, situasi di Ukraina kemudian menjadi perhatian utama Uni Eropa. Krisis yang berkepanjangan ini telah memicu perdebatan sengit di dalam koridor kekuasaan blok tersebut sehingga menghidupkan kembali diskusi mengenai tindakan yang optimal.
Perundingan berkisar pada dua pendekatan yang berbeda yaitu mengadvokasi perundingan diplomatik dengan Rusia dan mendorong penguatan kemampuan militer Ukraina untuk melawan sikap agresif Moskow sehingga menjadikan kekalahan Rusia sebagai sasaran utama.
Namun fokus yang terus berlanjut dalam mendukung Ukraina telah memicu ketidakpuasan di dalam negeri. Banyak masyarakat Eropa yang sudah bergulat dengan tekanan ekonomi akibat melonjaknya inflasi mulai skeptis terhadap alokasi sumber daya dan modal politik dalam konflik tersebut.
Krisis migran yang terjadi baru-baru ini telah menjadi peringatan serius bagi Uni Eropa untuk menggarisbawahi perlunya mempertahankan pendekatan multifaset dalam urusan global.
Meskipun konflik di Ukraina memerlukan perhatian, penting bagi Uni Eropa untuk tetap peka terhadap kejadian-kejadian yang lain.
Panggung global penuh dengan permasalahan kompleks yang tidak dapat diabaikan dan Brussel harus menyeimbangkan komitmennya terhadap Ukraina dengan keterlibatan yang lebih luas dalam menghadapi tantangan internasional.
Uni Eropa harus mempertimbangkan lanskap geopolitik yang lebih luas dan potensi konsekuensinya bagi kepentingannya sendiri. Salah satu kekhawatiran yang mendesak adalah perkembangan situasi di Libya. Hal ini telah menjadi permasalahan utama bagi Eropa baik dari sisi energi maupun migran.
Kurangnya kebijakan Eropa yang jelas telah mendorong konflik terus berlanjut. Terlebih lagi jika negara-negara anggota terus menentang satu sama lain. Ini bisa mengundang konflik semakin besar dan berdampak lebih besar pada Eropa.
Ketika kita mengalihkan perhatian kita pada analisis yang dikemukakan oleh para ahli di televisi Prancis yang menyoroti berkurangnya pengaruh Rusia di bekas wilayahnya karena keterlibatannya dalam konflik Ukraina, maka kita dapat melihat persamaannya dengan posisi Uni Eropa di Afrika dan wilayah lainnya.
Sebagai contoh pergolakan politik dan kudeta di Afrika membentuk kembali lanskap geopolitik benua tersebut sehingga secara bertahap mengesampingkan Perancis dan Eropa.
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan juga menjadi titik fokus perbedaan dan perselisihan di antara negara-negara Eropa. Permasalahan ini membawa implikasi besar bagi stabilitas benua ini dan sekaligus memberikan peluang.