Perang di Ukraina yang telah berlangsung lebih dari satu tahun telah memicu percepatan transformasi lanskap internasional. Â
Salah satu perubahan yang menonjol adalah munculnya Global South dan perannya yang semakin penting dalam sistem internasional. Â
Negara-negara berkembang telah memperoleh ruang untuk bermanuver dalam permainan kekuatan besar dan pengaruh politik mereka meningkat pesat. Â
Global South telah mempertahankan independensi diplomatik dan otonomi strategisnya dengan latar belakang krisis Ukraina dan telah mengambil jalan tengah untuk mempercepat kebangkitannya sebagai kekuatan baru dalam politik global.
 Arab Saudi adalah bagian dari tren itu.  Arab Saudi telah menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian multinasional yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Â
Ini adalah simbol kemunculan Arab Saudi sebagai "pemain" baru di panggung internasional karena negara Timur Tengah itu berupaya memainkan peran mediator penting dalam peristiwa-peristiwa besar termasuk konflik di Ukraina dan Sudan.
Setelah pecahnya perang, banyak negara di Global South tidak memihak atau menyerah pada tekanan AS untuk bergabung dengan kubu yang mengutuk dan memberikan sanksi kepada Rusia. Â Ini menandai awal Global South melepaskan diri dari kontrol kekuatan besar, memposisikan ulang status dan peran internasionalnya sekaligus mencari kepercayaan diri dan otonomi strategis. Â
Persepsi dan tindakan Global South terhadap krisis Ukraina meliputi poin-poin berikut:
 Pertama, mereka mengambil posisi netral dalam masalah Ukraina.  Negara-negara Global South umumnya percaya bahwa perang di Ukraina di permukaan adalah konflik antara Rusia dan Ukraina tetapi pada kenyataannya adalah konfrontasi strategis antara Rusia di satu sisi dan AS dan Barat di sisi lain.  Sebagai kekuatan inti dari Global South, negara-negara BRICS telah membuat penilaian mereka secara independen berdasarkan sejarah dan mempertahankan posisi netral dan seimbang antara kedua pihak yang berkonflik serta AS dan Rusia. Â
 Kedua, mereka berperan sebagai mediator.  Negara-negara Global South umumnya percaya bahwa masalah Ukraina tidak dapat diselesaikan di medan perang dan menganjurkan penyelesaiannya melalui cara politik dan diplomatik. Selama ini, negara-negara berkembang menjadi tokoh utama dalam arena diplomasi dalam menghadapi krisis Ukraina. China, negara-negara Afrika, Arab Saudi, Brasil, Turki, dan negara-negara lain telah berupaya mempromosikan pembicaraan damai.  Upaya diplomatik Global South telah menunjukkan kekuatan perdamaian.
 Ketiga, mereka dengan tegas mempertahankan kepentingannya sendiri. Negara-negara berkembang adalah korban yang tidak bersalah dari konflik antara Rusia dan Ukraina dan sanksi sepihak yang dijatuhkan pada Rusia oleh AS dan Barat telah menyebabkan bencana ekonomi yang serius. Akibatnya, banyak negara berkembang menghadapi risiko terhadap ketahanan energi dan pangan mereka dan penurunan tajam dalam pembangunan. Krisis Ukraina telah meningkatkan konflik kepentingan antara negara-negara Global South, AS dan Barat dan tidak mungkin bagi mereka untuk bergabung dalam sanksi terhadap Rusia karena itu bertentangan dengan kepentingan mereka sendiri. Oleh karena itu mereka mencari solusi atas krisis Ukraina yang berbeda dengan AS dan Barat.