Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ladang Ranjau di Jalur Kereta Cepat Tiongkok-Laos

2 September 2023   18:59 Diperbarui: 2 September 2023   19:02 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ternyata bom curah yang dijatuhkan militer Amerika Serikat di Laos 50 tahun lalu menjadi tantangan terbesar bagi pembangunan kereta api cepat Tiongkok-Laos.

Jadi saat penumpang naik kereta cepat itu saat menikmati keindahan pemandangan tanpa mereka sadari ternyata mereka tengah melintasi rute dimana dulu banyak sekali bom yang belum meledak terkubur di sana. Kebanyakan merupakan bom cluster yang dijatuhkan oleh pesawat tempur Amerika Serikat puluhan tahun lalu.

Padahal bantuan militer terbaru Washington ke Ukraina termasuk juga bom cluster.

Bom cluster Ini boleh dibilang sub-bom yang meskipun ukurannya hanya seukuran bola tenis tetapi jika meledak bisa menimbulkan banyak korban jiwa.

Meskipun penggunaan bom semacam itu sangat dikutuk oleh masyarakat internasional, namun Amerika Serikat tetap menggunakannya di hampir semua perang yang dilancarkannya sejak Perang Korea (1950-53). Walaupun pihak militer Amerika Serikat mengklaim bahwa teknologi bom curah telah meningkat secara dramatis namun tetap saja tingkat kerusakan yang ditimbulkannya sangat mengkhawatirkan.

Bahkan sampai hari ini, bom curah yang dijatuhkan militer Amerika Serikat di Laos masih mengancam nyawa rakyat Laos.

Diperkirakan bahwa antara tahun 1964 dan 1973, militer Amerika Serikat telah menjatuhkan lebih dari 2 juta ton bom di Laos. Dimana sekitar 30 persennya belum meledak dan sekitar 80 juta bom tersembunyi di tanah Laos. .

Ini menjadikan Laos menjadi salah satu negara yang paling banyak dibom dalam sejarah dunia.

Menurut Program Pembangunan PBB, lebih dari 50.000 orang telah terbunuh atau terluka di Laos dari tahun 1964 hingga saat ini dan lebih dari 20.000 desa atau sekitar sepertiga dari jumlah total desa di negara ini terus berada di bawah ancaman bom yang tertidur tersebut.

Meskipun sudah lima dekade pemerintah Amerika dulu pernah berjanji untuk membantu membersihkan bom-bom ini dan mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama juga pernah menjanjikan bantuan sebesar $90 juta tapi tetap saja sampai hari ini Laos masih menderita karena kurangnya dana menjadi salah satu masalah utama dalam menghilangkan bom-bom yang tertimbun ini. Apalagi hampir 90 persen peralatan deteksi membutuhkan perbaikan.

Selama pembangunan rel kereta api cepat Tiongkok-Laos dari Januari 2017 hingga Juli 2019, sekitar 459 buah bom telah dibersihkan dari 2.931 hektar lahan  menurut laporan Departemen PBB Urusan Ekonomi dan Sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun