Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sanggupkah Rubel Melawan Dolar Amerika?

5 Agustus 2023   21:42 Diperbarui: 5 Agustus 2023   21:45 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemudian mereka mendesak perusahaan-perusahaan di Uni Eropah bayar minyak mereka dengan Rubel. Maka hasilnya mereka gunakan untuk menanggulangi dampak dari capital control ini. Mereka berhasil. Bahkan pendapatan mereka meningkat tiga kali lipat. Apalagi sejak di embargo praktis Rusia tidak ada impor.  Jadi tidak perlu membayar dengan mata uang asing. Inilah akhirnya yang membuat Rubel perkasa. Hingga dipuji Reuters.

Padahal sebenarnya Rubel kuat itu bukan karena faktor diatas. Rubel kuat karena harga minyak yang dibayar dengan Rubel itu tinggi. Makanya kelihatan kokoh.

Sementara harga Rubel sekarang dibanding harga Rubel pada 1 April 2022 saat Reuters memujinya sangat jauh terperosok.

Jadi embargo itu hanya bisa dihadapi Rusia saat harga minyak tinggi. Jika harga minyak rendah maka mereka akan sangat merasakan akibatnya.

Mau beralih ke industri yang lain pun sulit karena investor pada hengkang semua. Apalagi pada takut dibenci barat karena berteman dengan Putin.

Sekarang Rusia hanya bergantung pada sumber daya alam saja. Uni Eropa tidak bisa diharapkan lagi. Berharap pada BRICS? Hanya Tiongkok yang membeli gas dan minyak dari Rusia. Makanya Tiongkok suka perang Rusia-Ukraina ini berkepanjangan. Supaya bisa tawar-menawar dengan Rusia.

Eh, bukannya Arab Saudi pengen masuk BRICS? Sebenarnya sih Saudi itu hanya ingin minta perhatian Amerika saja. Soalnya dulu kan Amerika pernah janji akan menjaga Jazirah Arab jika negara-negara Arab masih menjunjung tinggi PetroDolar. Jadi jangan sampai perhatian Amerika terpecah gara-gara perang Rusia-Ukraina ini.

Sebenarnya jika Arab Saudi masuk BRICS, Rusia malah jadi tambah repot. Karena Tiongkok jadinya bisa menekan harga minyak Rusia.

Mana inflasi masih 11 persen. GDP stagnan. Angkatan kerja banyak yang meninggal di medan perang. Malah ada yang lari ke luar negeri juga. Ini jelas berdampak pada jumlah populasi. Rusia sekarang jauh berbeda dari Rusia 10 tahun yang lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun