Harusnya Korea Selatan tidak pernah bangkit karena negerinya telah luluh lantak saat dijajah Jepang berpuluh-puluh tahun.
Selesai dengan Jepang, Korea Selatan jadi rebutan dua Adi kuasa dunia. Belum lagi masuknya Korea Utara yang mengajak berperang selama tiga tahun.
Bicara pembangunan, Syngman Rhee telah menekankan upaya untuk membangun kembali infrastruktur dan berupaya untuk menghasilkan produk pertanian. Meskipun begitu, waktu itu belum nampak Korsel bakal seperti sekarang ini. Bahkan dulunya mereka tertinggal dari Korut.
Belum lagi saat kita melihat bagaimana pihak pemerintah melakukan pendekatan yang represif terhadap demonstrasi pelajar tahun 1960 karena para demonstran menganggap Syngman Rhee adalah pemimpin otokrasi yang korup. Â
Hingga kemudian dikudeta oleh Mayjend Park Chung Hee dan memerintah Korsel selama dua tahun. Nah di bawah pak jendral inilah Korsel mulai menunjukkan perubahan yang signifikan. Â Jadi keadaan ekonomi Korsel saat ini itu bermula dari jamannya pak Jendral ini.
Mayjend Park Chung Hee ini kalau di Indonesia ya 11 12 dengan Pak Harto lah. Kalau bicara ekonomi memang tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan pak jendral dalam meletakkan dasar yang baik sehingga ekonomi berjalan dengan sangat pesat. Tapi untuk urusan demokrasi pak Jendral ini pernah bilang bahwa demokrasi Barat yang liberal tidak cocok  dengan kondisi Korsel yang masih goyah. Jadi Korsel harus mengikuti demokrasi sendiri dimana kepala negara bertindak sekaligus sebagai kepala pemerintahan.
Memang Mayjend Park Chung Hee ini orangnya keras. Bahkan beliau saja pernah menangkapi para gelandangan dan dipaksa menjadi buruh kerja paksa. Sehingga tidak ada lagi orang yang meminta-minta di jalan waktu itu. Beliau juga pernah berunding dengan Jepang yang dulu pernah menjajah Korsel dan akhirnya Jepang bersedia membayar pampasan perang kepada Korsel.
Dibawah beliau juga Korsel mulai menggalakkan perdagangan dan membangun perindustrian sehingga investor pun pada masuk Korsel. Di jaman pak Jendral ini juga istilah Chaebol diperkenalkan. Sama seperti istilah Konglomerat dijaman Pak Harto.
Tahun 1997 Korsel pernah mengalami krisis moneter yang sama dengan yang dialami Indonesia. Hingga membuat reputasi Presiden Kim Young Sam tercoreng habis karena pak presiden ini mengambil cara yang kurang lebih sama seperti yang dilakukan Pak Harto dulu. Minjam duit sama IMF. Sampai-sampai gara-gara ini Presiden Kim tidak boleh ikut pemilu susulan yang membuat partai pemerintah pertama kali kalah total dari partai oposisi pimpinan Kim Dae Jung yang akhirnya terpilih sebagai presiden.
Di jaman presiden Kim Dae Jung reformasi dilaksanakan. Dalam waktu setahun ekonomi Korsel pulih. Setelah itu mereka fokus pada R&D dalam pembangunan ekonomi berbasis digital. Akibatnya rakyat Korsel jadi Tech-Savvy alias Melek Teknologi.
Sebenarnya jika Korsel ini tidak mengembangkan R&D di bidang teknologi digital pun sebenarnya tidak masalah dalam pembangunan ekonominya. Penduduknya 51 juta yang jika berdagang diantara mereka sendiri pun negara ini tetap bisa maju. Hanya saja para pemimpin Korsel ini berpikiran ke depan dan jangka panjang. Makanya sekarang bisa kita lihat. TV diekspor. Smartphone di ekspor. Bahkan budaya pun di ekspor. Padahal dulu kita tidak mengenal bibimbap, kimchi, bulgogi dan makanan Korean food lainnya. Ini kita belum bicara K-Pop dan K-drama.