ARYEH WEISS SANG PENGGAGAS TEL AVIV
Dulu Tel Aviv hanyalah sebuah desa yang bernama Ahuzat Bayit. Yang berkuasa saat itu adalah Kekaisaran Usmaniah.
Pada tahun 1881 sampai 1903 banyak migrasi Yahudi yang pindah dari Eropah. Awalnya mereka tinggal di Jaffa. Jumlahnya sekitar  25 ribu orang. Waktu itu belum ada Zionisme.
Jadi ada dua alasan mereka mendatangi tempat itu. Pertama berkaitan dengan agama sedangkan alasan kedua berkaitan dengan ekonomi. Meskipun begitu banyak juga akhirnya yang hengkang dari tempat itu dan kembali ke Eropah karena kesulitan mencari nafkah dan kondisi lingkungan yang tidak sesuai sehingga mudah sakit.
Tahun 1897 organisasi Zionis mulai didirikan oleh Theodore Herlz. Kemudian mereka melakukan kongres Zionis yang pertama dengan poin penting Menyatukan Semuanya Dibawah Satu Tujuan yang Sama.
Pada tahun 1904-1914 datang lagi gelombang kedua migrasi bangsa Yahudi. Kali ini mereka berjumlah 35 ribu orang. Disebabkan padatnya penduduk Jaffa waktu itu maka atas inisiatif dari Aryah Weiss beliau mengajak beberapa orang Yahudi untuk membangun suatu tempat di dekat Jaffa yang kemudian diberi nama Ahuzat Bayit. Itulah kemudian menjadi Kota Ibrani pertama di wilayah Palestina.
Lantas bagaimana caranya Aryah Weiss mendapatkan ijin dari Kekaisaran Usmaniah? Sebenarnya mereka tidak mendapatkan ijin sama sekali. Semua ini sebenarnya ada kaitannya dengan Jacobus Kann, orang Belanda yang menjadi anggota Organisasi Zionis. Â Beliaulah yang membeli tanah tersebut.
Setelah berhasil dibebaskan maka banyaklah kemudian bangsa Yahudi yang ingin menempati tempat itu sehingga Aryah Weiss terpaksa harus mengundinya. Saat penduduk semakin banyak mereka kemudian membuat sistem pengairan dan jalan. Sampai tahun 1910 banyak yang menginginkan agar nama Ahuzat Bayit di ganti karena tempat itu sudah menjadi kota sementara Ahuzat Bayit identik dengan nama desa dan di tahun yang sama ditabalkanlah nama Tel Aviv yang diambil dari Kitab Yehezkiel yaitu kata tell abib.
Pada tahun 1917 penduduk Tel Aviv dan Jaffa sempat diusir oleh Kekaisaran Usmaniah. Namun saat Kekaisaran Usmaniah jatuh, mereka kembali.
Begitu Kekaisaran Usmaniah tidak bercokol lagi ditempat itu maka semakin banyak lagi imigran yang mengincar tempat itu karena disana fasilitas umumnya sudah lengkap. Bisa dikatakan apa yang ada di Eropah pasti ada di Tel Aviv. Akibatnya terjadilah gelombang ketiga kedatangan imigran Yahudi dengan jumlah 40 ribu orang.
Inilah yang kemudian menimbulkan over populated di Tel Aviv. Sementara perang baru saja usai. Krisis ekonomi melanda dunia. Lapangan pekerjaan sulit sehingga akhirnya banyak yang kemudian keluar dari Palestina. Bahkan tahun 1928 jumlah imigran yang keluar sama dengan jumlah yang masuk diawal.