Sebagai manusia. Bukan hanya sebagai seorang muslim. Mungkin siapapun juga pasti tidak menginginkan membayar sesuatu lebih dari nilai yang kita pinjam. Lantas mengapa setiap bank di dunia ini selalu menetapkan bunga atas pinjaman?
Ternyata konsep riba ini sudah ada sejak ribuan tahun. Bangsa Sumeria menetapkan bunga atas pinjaman gandum dan besi.
Laws of Eshnunna menceritakan tentang masalah penyimpanan mas kawin yang dikenai bunga.
Jadi riba itu sudah diterapkan di ekonomi manusia saat itu dan dikukuhkan lagi pada masa moderen ini.
Di jaman moderen awalnya di prakarsai oleh Bank of England dimana setiap peminjaman dikenai bunga. Sejak saat itu semua sistem perbankan mengikuti sistem itu.
Menurut agama Islam riba itu haram. Jadi kalau pinjaman itu tanpa riba apa ga mungkin nanti orang akan berbondong-bondong ke bank untuk pinjam duit. Sekarang aja pinjol laris manis. Apalagi kalau minjam di bank ga ada bunga.
Ingat baik-baik hukum ekonomi. Apabila banyak uang beredar maka harga akan naik. Harga naik bisa memicu inflasi.
Jika bank menerapkan bunga pinjaman, maka supply and demand akan stabil. Lebih gampang ngurus ekonominya. Apalagi orang pasti mikir-mikir juga kan kalau mau minjam.
Makanya Bank Indonesia kan selalu bermain di Interest Rate ini. Agar bisa mengendalikan perilaku spending supaya terhindar dari Inflasi atau Deflasi. Biar pasar saham juga stabil. Biar pemerintah juga semangat membangun ekonomi. Apalagi Interest Rate kan jadi salah satu kunci dalam meningkatkan perekonomian.
Memangnya kita tidak bisa membangun ekonomi kita tanpa Riba?
Bisa aja sih. Hanya kita kan sudah ada contoh. Lihat aja Turki. Presiden Erdogan mengharamkan riba makanya beliau mengurangi Interest Rate. Mengurangi loh masih. Bukan menghilangkan. Namun apa yang terjadi? Turki terperosok dalam krisis. Mata uang Lira terus melemah.
Dengan bunga yang rendah maka orang-orang akan berbondong-bondong menuju bank untuk pinjam duit. Akhirnya terjadilah inflasi. Begitu inflasi melambung tinggi akhirnya semua yang minjam tadi pada ga ada yang bisa bayar hutang. Akhirnya terjadilah kredit macet. Mau tak mau bunga harus dinaikkan lagi. Tapi itu masih belum mampu menaikkan perekonomian Turki karena defisitnya terlalu dalam.