CHEGG ini adalah perusahaan berbasis teknologi pendidikan. Jadi kalau di Indonesia mungkin mirip-mirip dengan Ruang Guru.
Jadi di platform itu pengguna bisa mengerjakan tugas, menyewa buku teks, buat kelas online dan banyak lagi.
Karena rate-nya murah maka banyak siswa maupun mahasiswa di Amerika yang menggunakan platform ini.Â
Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2000. Didirikan oleh tiga orang mahasiswa dari Universitas Iowa.Â
Pada waktu terjadinya badai Covid-19, perusahaan ini berhasil menggaet 2,9 juta pelanggan dengan cara menyusun buku teks mirip Netflix. Karena satu dunia pada berdiam dirumah saja otomatis pelanggan mereka menggelembung dengan cepat. Saham langsung melambung tinggi.
Hanya perusahaan ini asasnya adalah demand driven business system'. Artinya keuntungan berasal dari permintaan. Jadi kalau permintaan menurun ya otomatis laba menurun dan saham pun ikut turun. Itulah yang terjadi pada mereka.
Tanggal 14 Februari 2021 saham mereka sempat diperdagangkan $113.96 dolar Amerika. Gila ga tuh. Tinggi banget. Namun di tanggal 28 November 2021 saham mereka langsung anjlok ke $26.50. Ini sudah bukan terpeleset lagi. Tapi nyungsep sambil guling-guling. Kenapa bisa terjadi? Karena Lockdown sudah berlalu maseh....
Meskipun menurut pengamat ekonomi bahwa sebenarnya harga saham CHEGG itu bukan anjlok tetapi kembali ke fitrah. Artinya untuk perusahaan sekelas CHEGG nominal harga saham normalnya ya memang segitu. Mengapa sempat diatas harga 100 dolar ya karena faktor X tadi yaitu Pandemi.Â
Pandemi telah membuka mata para pembuat teknologi. Bahwa industri berbasis teknologi membutuhkan AI. Karena banyak pekerja yang mulai doyan kerja di rumah. Mereka sudah pada malas ngantor lagi. Banyak perusahaan juga menginginkan hal yang sama. Apalagi yang kantornya masih nyewa.Â
Tahun 2030 AI diramalkan akan lebih ganas lagi. Banyak kerjaan dan sistem bisa berjalan dengan mengandalkan AI. Tak perlu melibatkan banyak campur tangan manusia. Cukup diawasi saja. Selesai. Cukup letak satu atau dua operator saja. Biaya bisa dihemat. Namun akibatnya apa? Pengangguran dimana-mana.
Itu belum di tambah jika Artificial General Intelligence (AGI) berhasil dikembangkan. Ini malah lebih dahsyat lagi. Kelebihan kognitif nya malah melebihi AI. Bisa menyerap dan memberi ilmu dan informasi yang lebih presisi ketimbang AI.Â