Banyak cara mengatur pola trading dengan Money Management. Ada yang menerapkannya di Stop Loss, ada yang di Take Profit malah ada yang mengaturnya di Lot. Sah-sah saja sih. Setiap orang bebas mengeksperikan kemampuan tradingnya seperti juga kebebasan dalam memilih Pair yang mereka inginkan. Hanya bagi saya Money Management yang baik adalah dengan WD. Kebijaksanaan terbaik dalam menyelamatkan asset anda adalah dengan WD.
Â
Teman saya yang udah pakar masalah Trading dan saking pakarnya sampe dia berani menghandle duit milyaran dari rekan-rekan bisnisnya lewat copy trading pernah mentertawakan ide saya ini. Dia bilang Forex itu pasar dengan tingkat volatilitas tinggi. Bagaimana saya menjaga ketahan modal kalau untung sedikit WD, untung sedikt WD. Apaan coba…
Â
Tapi saya hanya tersenyum. Senyum saya makin lebar saat saya tahu dia mulai dikomplain oleh rekan-rekan bisnisnya. Bukan dia menipu. Bagi saya dia orang paling jujur disbanding teman saya yang lain. Masalahnya ada di Sang Asisten alias Robot Forex alias EA yang berulah. Budak yang dulu pernah dibelinya dengan harga jutaan ternyata membangkang. Tradingnya mulai Loss. Mau tidak mau dia terpaksa harus mengorbankan asetnya sendiri. Aset yang sudah susah payah dikumpulin akhirnya berkurang hanya untuk menutupi hutang.
Saya tidak ingin menasihatinya sebab bukan kapabilitas saya menasihati seorang guru forex yang harga kursusnya saja jutaan. Saya hanya ingin berbagi cerita kepada sesama Trader yang katrox seperti saya dan berusaha mengingatkan para Super Trader atau para Trader lain yang memiliki tingkat kesombongan yang sama dengan teman saya.
Trading itu adalah masalah Money Management. Kalau anda tidak tahu ilmunya mendingan jangan Trading deh. Bagi saya Money management yang baik adalah dengan WD. Makanya setiap saya Profit 100 persen pasti saya WD. Satu hal yang selalu jadi bahan tertawaan Pakar Forex diatas.
Saya biasa Trading dengan modal US$100. Saya selalu menghindari Depo diatas US 100 bukan karena saya tidak punya duit. Depo US$1000 pun saya sanggup tapi bukan itu intinya Trading. Trading adalah bagian dari pembelajaran kita sebagai manusia. Trading itu sama dengan Puasa. Bagaimana caranya mengendalikan diri dari Hawa Nafsu.
Anda tahu Amerika? Tahukah anda mengapa Amerika begitu pongah kepada setiap Negara di dunia? Karena dia merasa memiliki segalanya. Itu juga yang terjadi pada teman saya. Dia merasa mengetahui segalanya tentang Trading. Dia memiliki budak yang selalu menghasilkan berjut-jut dalam rekeningnya. Tapi dia tidak menyadari bahwa budaknya itu hanya robot yang bersenjatakan Indikator dan beragam analisa teknikal. Meskipun sekarang ada juga robot yang bisa diperlengkapi dengan senjata Analisa Fundamental. Tetap aja dia robot yang harus melawan perilaku manusia yang tak jelas juntrungannya.
Trading dengan Robot plus Modal gede itu akan membuat kita bagaikan Firaun. Kita akan merasa seperti Amerika yang merasa punyak hak untuk menyerang Vietnam yang bermodalkan bambu runcing dan Trap. Merasa di atas angin, Amerika menyerang Vietnam secara membabi buta dengan segala persenjataan modern yang dia punya. Namun apa yang di dapat Amerika dari Perang Vietnam tersebut? Ternyata hanya Ramboo yang bisa mengalahkan VietKong. Makanya Ramboo itu laris manis sampai tujuh episode. Mengapa? Karena orang Amerika penasaran dengan kekalahannya. Sama seperti Trader. Makanya sekarang banyak tumbuh Broker bagaikan jamur di musim hujan. Sebab banyak Trader yang merasa sebagai Super Duper Fantastic Trader yang dibantu dengan pasukan robot beraneka nama dan ketangkasan. Mulai dari Megatron, MegaMind, dan Mega-mega yang lain ( mungkin suatu saat ada Robot yang namanya Megawati) harus terhempas di arena Trading sambil berteriak,Why?? Why??.. Akhirnya mereka penasaran dan rasa itu disambut dengan hangat oleh para Trader lain dengan mendirikan Broker. Maka lahirlah ratusan Broker Forex di seluruh dunia. Padahal saya dulu hanya kenal dengan Marketiva yang sekarang berganti nama menjadi AGEA.
Bagi saya Trader Sejati adalah mereka yang mampu mengelola modal US$5 dan US$10. Meskipun menurut saya modal segitu tidak realistis. Pertimbangan saya sebagai manusia adalah Tingkat Kesabaran. Seberapa tinggi tingkat kesabaran anda teruji saat anda berada di Gudang Beras tapi malah sibuk memunguti serpihan-serpihannya saja. How Come…