Ada – ada saja memang cara orang mengambil keuntungan pribadi dengan merugikan pihak lain. Bentuknya bisa macam – macam. Mulai dari toko online fiktif, dapat undian mobil sampai penipuan yang melibatkan dan merugikan perusahaan – perusahaan tertentu. Nah kali ini saya mau share penipuan gaya lain sebagai bahan antisipasi kalau – kalau modus model beginian menghampiri anda.
Waktu itu, tepatnya pada saat Hari Ulang Tahun PGRI yang kebetulan diadakan di Moro, sebuah Kecamatan di wilayah Kabupaten Karimun. Saat saya lagi asyik mendengarkan Kata Sambutan yang disampaikan oleh Bupati Karimun Bapak Nurdin Basirun, saya mendapat telepon dari seseorang yang mengaku mendapat nomor saya dari situs Indonetwork. Saya memang ada melakukan promosi di situs tersebut untuk perusahaan penerbitan milik saya yaitu Aura Publisher. Dia mengatakan bahwa dia sangat tertarik dengan produk yang saya tawarkan lewat situs tersebut karena kebetulan katanya mereka ada proyek di Batu Selicin , Kalimantan untuk pengeboran minyak. Disini saya mulai bingung. Dalam benak saya terbersit, perasaan saya tidak ada menjual buku – buku yang berhubungan dengan perusahaan minyak. Lantas apa hubungannya buku – buku yang saya tawarkan tersebut dengan pengeboran minyak? Apakah dia mau borong buku saya untuk para pekerjanya di galangan minyak sekedar mungkin melepas lelah setelah melakukan pengeboran berjam-jam? Atau mungkin untuk keluarga mereka yang bisa jadi menetap di lokasi pengeboran tersebut karena kebetulan tidak ada hiburan lain maka bukulah yang menjadi media hiburan untuk menghabiskan waktu disana. Begitu pikir saya awalnya.
Namun ternyata dugaan saya salah total. Dia sebenarnya hendak mencari alat – alat yang digunakan untuk tahap awal pengeboran. Jadi saya katakan saya tidak menjual semua alat – alat yang dimaksudnya tersebut. Lantas mungkin karena salah alamat dia kemudian berpesan kalau – kalau saya ada kenalan yang kebetulan menjual alat – alat yang dimaksudnya tersebut maka dia meminta saya untuk menghubunginya segera karena katanya dia sangat membutuhkan alat tersebut. Mengingat bahwa saya tidak pernah berhubungan dengan bisnis tersebut, maka saya abaikan saja pesan tersebut.
Hanya berselang empat atau lima jam kemudian. Saya ingat waktu itu saya hendak kembali pulang ke kediaman saya menggunakan Kapal Ferry karena kebetulan Pulau Moro tersebut terpisah dari Pulau Karimun yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Karimun, saya mendapat telpon kali ini dari seorang perempuan yang mengaku dari perusahaan tertentu yang kebetulan menjual alat – alat yang diminta oleh orang yang mengaku punya proyek di Kalimantan itu. Saya pikir ini koq kebetulan banget. Disini timbul rasa curiga saya yang menggiring pada rasa penasaran untuk menelusuri modus yang ingin mereka kembangkan ini. Maka dalam pembicaraan tersebut saya minta dia untuk mengirimkan alamat email agar suatu saat apabila saya membutuhkan maka saya dapat menghubungi mereka sewaktu – waktu.
Berhubung rasa penasaran teramat sangat, keesokan harinya saya mulai menghubungi alamat email yang telah mereka kirimkan pada saya. Saya katakan bahwa kebetulan ada teman yang memang membutuhkan alat – alat yang mereka tawarkan tersebut. Untuk itu saya meminta mereka mengirimkan penawaran harga serta gambar produk yang saya minta. Saya mendapatkan daftar ini setelah saya menghubungi kembali orang yang katanya ada proyek di Kalimantan itu untuk mengirimkan spesifikasi barang yang dia inginkan melalui sms ke nomor saya. Sebagaimana biasanya seorang calo, sebab dalam hal ini saya memposisikan diri saya sebagai calo antara perusahaan pemilik alat dengan yang punya proyek sehingga saya meminta bagian dari transaksi tersebut. Perusahaan pemilik alat menjanjikan diskon sebesar 30 persen dari penawaran harga mereka. Itu artinya saya akan mendapat bagian sekitar Rp 7 juta dari total Rp 21 juta yang mereka tawarkan. Penawaran yang sangat menggiurkan sekali kalau ini bukan sebuah modus tentunya. Namun saya tetap mengikuti rentak irama permainan mereka agar mereka tidak curiga pada saya. Kemudian saya tanyakan kalau seandainya teman saya ingin membeli bagaimana prosedurnya. Perusahaan tersebut menjelaskan seperti biasanya penipuan pada umumnya maka kita diharuskan untuk mentransfer uang tersebut ke sebuah rekening.
Lantas, saya coba menawarkan alternatif pembayaran kepada perusahaan tersebut. Saya katakan berhubung ini teman saya, rasanya kurang etis kalau saya menyodorkan rekening saya pada pada teman tersebut. Maka saya katakan bahwa saya akan memberikan nomor rekening ini pada teman saya tersebut agar dia bisa mentransfer sejumlah uang sesuai dengan harga penawaran dan kemudian sisanya sebesar 30 persen ditransfer kembali ke rekening saya. Jadi gantian. Kalau biasanya penipu yang menyuruh korban mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya maka saya mencoba sebaliknya.
Perusahaan tersebut menyetujui skema pembayaran yang saya tawarkan. Maka bisnis pun berlanjut. Selanjutnya saya kembali menghubungi “teman” yang katanya punya proyek di Kalimantan tersebut untuk melakukan pembayaran ke rekening penjual yang telah saya kirimkan lewat email. Nah disinilah modus penipuan itu mulai mereka jalankan. Dia katakan bahwa dia tidak berani untuk melakukan transfer duit sebanyak itu. Apalagi katanya itu bukan perusahaan saya yang sudah pasti tidak bisa dijamin keamanan transaksinya. Jadi dia meminta saya untuk menalangi dulu pake uang saya untuk membeli alat – alat tersebut setelah itu dia yang akan datang langsung ke tempat saya untuk membeli secara kontan. Pernyataan ini jelas menutup kemungkinan saya untuk menawarkan nomor rekening saya padanya. Sehingga otomatis sekaligus menutup kemungkinan saya untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Namun yang namanya penipu tentu tidak puas hanya melepaskan korbannya begitu saja. Setelah dia memberi saya waktu untuk bernafas sedikit, maka dia mulai menghubungi saya kembali. Kali ini dia menanyakan kesedian saya untuk melakukan yang dia minta. Setelah saya menyatakan keberatan dengan tawarannya tersebut lantas dia meminta saya menyerahkan nomor perusahaan pemilik alat tersebut agar dia dapat menghubungi secara langsung. Disini kalau saya amati ada kesan bahwa dia ingin menunjukkan pada kita bahwa dia benar – benar sangat menginginkan alat tersebut, Makanya dia meminta kesediaan saya untuk menyerahkan nomor perusahaan pemilik alat. Bagi saya yang memang dari awal tidak tertarik dengan modus yang mereka tawarkan dengan senang hati memberikan nomor tersebut agar para penipu itu bisa saling berkomunikasi satu dengan yang lain.
Sampai tulisan ini saya turunkan belum ada konfirmasi dari kedua belah pihak, baik yang punya proyek maupun pemilik alat untuk menghubungi saya sekedar mengatakan bahwa seharusnya saya sangat menyesal sekali karena melepaskan bisnis yang sangat menggiurkan ini. Apalagi di awal – awal pemilik proyek sudah menjanjikan pada saya akan membeli terus lewat saya karena penawaran harga yang saya berikan tergolong murah.
Sampai hari ini dan besoknya saya akan tetap menanti konfirmasi dari mereka dan saya sangat mengharapkan sekali bahwa apa yang saya lakukan ini memang salah….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H