Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Belajar Pancasila dari Tiongkok dan Selandia Baru

11 April 2015   07:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selandia baru, sebagai Negara kecil, ternyata memilii kehidupan yang sangat teratur dan rapi. Dalam beternak domba misalnya, masyarakat Selandia baru berusaha menjadi peternak yang baik dan itu diwujudkan dengan keteraturan tempat-tempat beternak yang banyak dijumpai di sepanjang pinggir jalan. Domba-domba benar-benar mendapat perlakuan dan tempat yang teratur dan rapi sehingga bisa diandalkan oleh Selandia baru sebagai komoditas nasional, baik dari sisi daging, susu, kulit atau bulunya. Terlihat sekali bahwa pemelihara domba itu adalah orang yang sangat memahami, menghayati dan melaksanakan pembinaan yang sudah diarahkan. Meski Negara Selandia Baru tidak mengerti Pancasila, tetapi kehidupan berbangsa dan bernegaranya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sehingga memungkinkan rakyat hidup adil dan makmur, punya kepastian hukum dan sebagainya.

Tiongkok, Negara ini termasuk Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Dalam catatan panjang sejarah negeri ini, sejumlah tokoh tercatat telh ambil bagian dalam membentuk Karakter bangsa itu. Zaman pemerintahan Chiang Kai Sek misalnya, telah berhasil melakukan pembaruan baik dibidang ekonomi maupun pendidikan. Sementara Mao Ze Dong yang dikenal sebagai Bapak Republik Rakyat Tiongkok dinobatkan sebagai salah satu orang paling berpengaruh di zaman sejarah Tiongkok modern, terlepas dari segala kekurangannya. Tokoh yang paling fenomenal mungkin Deng Xiao Ping yang berhasil membawa China keluar dari Revolusi Kebudayaan, mengembalikan stabilitas nasional dan membawa Tiongkok kepada kemajuan ekonomi.

Dari semua kesuksesan para pemimpin Tiongkok diatas, tidak terlepas dari peran rakyat di dalamnya. Pemimpin dan rakyat punya komitmen yang sama. Pemimpin melaksanakan apa yang telah direncanakannya sedangkan rakyat melaksanakan dan menunjang apa yang mereka arahkan. Semuanya itu terimbas pada Karakter Bangsa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh pelayanan di dalam pesawat, pelayanan hotel bahkan sampai tukang taksi pun melakukan pelayanan yang sama bahkan sampai terkadang mereka bersedia mengangkat koper para penumpang sebelum dan sesudah sampai di tujuan. Ini jelas menunjukkan ada sesuatu yang telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Tiongkok. Ada sedikit gambaran dari perilaku diatas bagaimana orang Tiongkok menghargai orang lain.

Penghormatan kepada sesama manusia juga terlihat apabila kita berjalan-jalan di sepanjang pusat pertokoan di sekitar Beijing, dimana walaupun jalannya lebar-lebar tapi kenderaan besar tak boleh melintasi jalan tersebut. Tujuannya jelas untuk memberikan kenyamanan orang yang ingin berbelanja.

Dari semua situasi diatas, jelas sekali kehidupan berPancasila telah lama di praktekkan oleh bangsa-bangsa yang sama sekali tidak mengenal Pancasila sebagai dasar Negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun