Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia yang Telah Hilang Sisi Kemanusiaannya

7 April 2016   21:36 Diperbarui: 7 April 2016   21:41 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Coba bayangkan apa yang akan terjadi seandainya anda tersesat di dalam hutan tidak ada sinyal, tidak ada peta dan tidak punya kompas? Itulah yang akan terjadi apabila kita jauh dari bimbingan Tuhan. Manusia akan kehilangan arah. Manusia melangkah hanya berdasarkan insting dan logikanya saja yang sudah pasti sangat terbatas. Manusia akan tersesat di rimba raya kehidupan.

Sayangnya kehilangan ini bagaikan kanker yang diam-diam menggerogoti jiwa manusia tanpa manusia sadari. Kehadirannya baru terasa saat jiwa manusia sudah mengalami kerusakan yang teramat parah.

Saat Tuhan sudah tidak lagi dibutuhkan oleh manusia, maka manusia akan kehilangan tiga hal dalam hidupnya yaitu kehilangan arah hidupnya, kehilangan keyakinannya dan sekaligus kehilangan keimanannya. Kalau manusia sudah kehilangan ketiga hal diatas maka sudah bisa dipastikan inilah yang nantinya akan menjadi penyebab hancurnya sebuah peradaban.

Kehilangan sisi kemanusiaan juga bisa bermakna manusia tidak tahu lagi alternative apa yang harus dipilih diantara begitu banyak pilihan untuk membangun masa depan sebuah peradaban.

Manusia yang telah kehilangan keyakinannya adalah manusia yang telah kehilangan NIlai-Nilai Kebenaran dalam hidupnya. Manusia yang sudah tidak tahu lagi mana yang benar dan salah. Sehingga manusia tidak tahu lagi peradaban seperti apa yang akan dibagun di masa depan. Visi untuk membangu  peradaban akhirnya jatuh pada pemikiran-pemikiran pragmatis yang memang sudah kehilangan Nilai-Nilai kemanusiaannya.

Meskipun semua manusia di dunia pada akhirnya setuju dengan pemikiran-pemikiran pragmatis tersebut untuk membangun sebuah peradaban, namun tanpa hadirnya TUhan tidak ada yang bisa menjamin bahwa Visi tersebut dapat bertahan lama. Kesombongan dan arogansi manusia yang katanya sanggup membangun peradaban tanpa Tuhan hanya akan menemui kegagalan pada akhirnya. Sejarah telah membuktikan semua itu dan manusia tidak boleh lebih bodoh dari keledai yang harus jatuh berkali-kali ke lubang yang sama.

Manusia yang kehilangan imannya berarti manusia yang telah kehilangan kekuatan TUhan yang sanggup membimbingnya untuk berjalan di Jalan Yang Lurus. Jalan yang ideal bagi Peradaban Manusia di masa depan. 

Jika manusia sudah kehilangan keyakinannya, arah hidupnya dan keimanannya, kira-kira peradaban seperti apa yang akan mereka bangun?  Manusia yang telah kehilangan NIlai-Nilai kemanusiaannya hanya akan membangun budaya kematian dan menggali kuburannya sendiri. Budaya inilah yang saat ini sedang berlangsung. 

Budaya yang mengganggap kehidupan adalah sebuah bencana dan harus disingkirkan. Budaya yang lebih mencintai kematian daripada kehidupan. Saat manusia berhadapan dengan krisis, justru yang dijadikan kambing hitam adalah pertumbuhan penduduk (Kehidupan) ketimbang pertumbuhan ekonomi. Sehingga solusi yang paling mujarab untuk menyelesaikannya adalah dengan menghilangkan nyawa manusia. Contohnya, Kebijakan Politik di Tiongkok dengan Program “Satu Keluarga, Satu Anak” sehingga apabila ada anak kedua di dalam keluarga harus dibunuh lewat aborsi. Indonesia sendiri yang mayoritas beragama Islam dimana Islam sangat-sangat mengharamkan praktek Aborsi masih melegalkan praktek Aborsi dengan usia kehamilan di bawah 40 hari dengan syarat-syarat tertentu.

Semua itu sudah jelas adalah tanda-tanda begitu kuatnya pengaruh Kuasa Kegelapan dalam peradaban manusia saat ini. Jika hidup sudah dianggap sebagai bencana dan kematian adalah satu-satunya solusi, masihkah kita berharap pada Kemajuan Peradaban tersebut?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun